MAKAN MALAM UNTUK PENGUNGSI SURIAH
CIVILITA.COM – Munich. Semangat penyambutan dari warga Jerman telah nampak sejak perbatasan negara itu dibuat terbuka bagi ribuan pengungsi yang melarikan diri perang dan kekerasan di negara asal mereka.
Tapi warga Munich membuat satu langkah lebih maju untuk menunjukkan kehangatan dan dukungan mereka kepada para pengungsi. Mereka tak hanya membuka hati namun juga membuka pintu rumah mereka lebar-lebar bagi para imigran.
Melalui inisiatif yang disebut ‘Abendesser Connection’, jika diterjemahkan secara harfiah menjadi ‘Makan malam penyambutan’, penduduk setempat mengundang para pengungsi ke rumah mereka dan memasak makan malam untuk mereka.
Salah satunya adalah pasangan suami istri warga Jerman Lena Odell dan Craig Odell. Berlaku sebagai tuan rumah bagi pengungsi Suriah Adnan Al Bashir di rumah mereka pada bulan Agustus lalu, mengatakan bahwa momen itu adalah makan malam yang akan mereka ingat selamanya.
“Itu tidak terasa seperti kami bertemu dengannya untuk pertama kalinya. Kami berbicara banyak – tentang masa lalunya dan situasi yang mengerikan di negaranya. Ada juga saat-saat gembira dan kami banyak tertawa,” ujar Lena Odell.
“Pekan depan, dia akan ada di rumah untuk pesta ulang tahun saya- seperti seorang teman lama,” kata Lena, yang juga bekerja sebagai penerjemah.
Dalam tiga menu makanan yang terdiri dari Goulash (rebusan daging), salad mentimun, roti pangsit dan Chocolate mousse, banyak percakapan dan budaya yang ditukar.
Sementara Lena memastikan tidak ada barang sensitif bagi umat Muslim seperti babi dan minuman beralkohol pada menu yang disajikan, Adnan bersyukur telah diberi kesempatan malam yang hangat dan normal, yang mengingatkannya pada rumahnya di Suriah.
Upaya saling menjembatani budaya yang berbeda di meja makan terbukti sangat sukses, menurut pendiri ‘Abendesser Connection.’
“Respon kita semakin menakjubkan,” kata Marie Burneleit, salah satu pendiri organisasi nirlaba ini kepada Gulf News.
“Kami ingin mendorong orang untuk menjadi berpikiran terbuka dan memahami kehidupan dan kesulitan yang telah dilalui pengungsi. Dan kami pikir interaksi harus terjadi dalam suasana yang hangat dan intim di rumah mereka sendiri,” kata Burneleit.
Warga Jerman yang bersedia menjadi tuan rumah untuk makan malam bagi para pengungsi bisa mendaftarkan diri di website ‘Abendesser Connection’, dan mereka kemudian dihubungkan dengan pengungsi yang tertarik untuk berbagi makanan dengan keluarga setempat.
Tuan rumah dan tamu dicocokkan berdasarkan kriteria yang disepakati bersama seperti lingkungan, jenis kelamin, preferensi kuliner dan lain sebagainya.
Pengungsi Suriah, Anas Al Khayat, 33 tahun, yang datang ke Munich pada tahun 2014 untuk melanjutkan studinya bersemangat untuk meniru konsep seperti ini di kota-kota Jerman lainnya.
“Aku tahu betapa sulitnya untuk bertahan hidup di negara asing ketika Anda tak punya apa-apa. Jadi ketika saya mendengar tentang inisiatif ini, aku semangat menawarkan dukungan,” kata Khayat.
Namun dia mengatakan antusiasme yang ditunjukkan oleh warga Jerman untuk menjadi tuan rumah pengungsi tidak selalu berbalas dari lain pihak, utamanya pengungsi. “Menjadi kejutan bagi kami bahwa ada banyak orang yang masih ragu-ragu dari kalangan pengungsi apakah mereka disambut oleh warga Jerman. Jelas ada kurangnya kepercayaan dan itulah apa yang kita coba untuk diatasi,” kata Khayat.