Lima Asas Penerapan Syariat Islam di Tengah Masyarakat
Ilustrasi
Kedua: Wewenang dan kemampuan negara dalam menerapkan tasyri’ Islam di tengah masyarakat.
Allah SWT berfirman:
وَاَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَۗ
“Hendaklah engkau memutuskan (urusan) di antara mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka. Waspadailah mereka agar mereka tidak dapat memperdayakan engkau untuk meninggalkan sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (QS Al-Maidah 49).
Ketiga: Pengarahan dan dorongan terhadap orang-orang mukmin terhadap pelaksanaan hukum-hukum Islam dengan dorongan atau semangat takwa kepada Allah (dorongan ruhiyah).
Bagi seorang mukmin, menjalankan aturan-aturan Islam adalah merupakan realisasi amal ibadah dalam rangka taqararub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Az-Zhariyaat 56).
Ibadah, dalam maknanya yang luas, adalah puncak ketundukan dan pelaksanaan terhadap perintah-perintah Allah SWT.
