KPIPA Bahas Salah Paham Boikot

 KPIPA Bahas Salah Paham Boikot

Jakarta, Mediaislam.id–Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA) menyelenggarakan Talkshow bertema “Salah Paham Boikot, Mana yang Benar dan Mana yang Hoaks” pada Ahad (21/12) di Jakarta. Acara yang dihadiri 150 peserta offline dan online ini bertujuan untuk mengupas gerakan boikot yang kembali masif sejak Israel melakukan genosida di Gaza.

Seperti diketahui, masyarakat global diserukan untuk berhenti membeli dan berinvestasi pada produk yang diketahui membantu aksi pembantaian zionis terhadap Palestina. Namun, gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) ini tidak boleh salah kaprah dan menjadi alat penyalahgunaan persaingan usaha. Karena itu, KPIPA memandang perlu mengangkat topik ini untuk mengedukasi masyarakat Indonesia.

Sekretaris Jenderal KPIPA, Lissa Malike, menyatakan bahwa dalam acara ini pihaknya ingin menjelaskan pengertian boikot yang sebenarnya. Selain itu juga untuk meluruskan salah paham seputar produk boikot yang terafiliasi pada Israel dan sudah menyebar luas di tengah masyarakat.

“Talkshow ini juga bertujuan untuk mengokohkan perjuangan saudara kita di Palestina dengan cara yang semua orang pasti bisa lakukan, yaitu dengan boikot. Gerakan ini paling ampuh untuk melemahkan semua sendi kekuatan zionis. Jika semua umat Islam di dunia sepakat dan konsisten melakukannya bersama-sama, maka boikot akan berhasil,” ucapnya.

Talkshow menghadirkan tiga Narasumber, yaitu Ketua KPIPA Nurjanah Hulwani, Co-Founder gerakan BDS Indonesia Muhammad Syauqi Hafiz, dan Guru Besar FHUI yang juga Direktur Eksekutif MINDA Prof Heru Susetyo.

Ketua KPIPA, Nurjanah Hulwani, kembali mengingatkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 83 tahun 2023 yang menganjurkan umat Islam untuk tidak membeli produk-produk Israel atau yang mempunyai koneksi dengan Israel.

“Kita tidak dapat menawarkan apapun kepada Gaza dan rakyatnya yang terkepung dan dibunuh setiap hari. Memboikot produk dari negara-negara yang mendukung pendudukan Israel adalah hal terkecil yang dapat kita lakukan. Bagaimana mungkin kamu berdoa untuk kemenangan Palestina dengan kedua tangan, sedangkan dengan tangan yang sama kamu membayar dengan uangmu untuk Israel yang melakukan pembunuhan rakyat Gaza?” kata Nurjanah.

Ia menyebut empat peran perempuan dalam boikot. Pertama, melakukan edukasi tentang boikot. Kedua, mengelola gerakan boikot secara kolektif agar terukur keberhasilannya. Selanjutnya, memulai dari kebutuhan rumah tangga. Terakhir, menyatukan para pengusaha untuk membuat toko bebas produk Israel.

Sementara itu, Co-founder BDS Indonesia Muhammad Syauqi Hafiz, menjelaskan jika BDS yang diinisiasi lebih dari 170 organisasi di Palestina mengajak untuk ikut memberi tekanan non-kekerasan pada Israel sampai mereka patuh pada hukum internasional. Lingkup aksi mencakup boikot ekonomi, budaya, olahraga, divestasi, dan sanksi. Target boikot sendiri ada yang utama, ada yang tidak. Karena itu, ia mengajak untuk fokus pada target utama dengan jumlah perusahaan/produk yang sedikit agar memberi dampak maksimal.

Selanjutnya, Direktur MINDA, Prof Heru Susetyo, mengungkapkan bahwa produk-produk yang diboikot di Indonesia mungkin tidak sama dengan di negara lain. Karena itu, masyarakat dianjurkan untuk selalu mengikuti update yang diberikan oleh BDS Indonesia. Agar efektif dan sah, boikot harus tetap dalam pilihan dan advokasi konsumen, menghindari hasutan atau praktik monopoli, dan didasarkan pada informasi yang akurat.

Menurut Heru, ada tiga cara boikot dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, ikuti daftar terfokus. BDS dan kelompok serupa merekomendasikan untuk berkonsentrasi pada daftar merek besar yang relatif sedikit sehingga kesuksesan lebih realistis. Kedua, sesuaikan kebiasaan belanja.

“Berhentilah membeli merek yang menjadi target boikot. Dan jelaskan pilihan Anda dengan sopan kepada keluarga, teman, dan bisnis lokal sehingga mereka memahami dasar hak asasi manusia, bukan permusuhan etnis atau agama. Ketiga, libatkan toko dan institusi. Siapkan penjelasan singkat berbasis fakta tentang keterlibatan perusahaan dan dengan hormat minta toko, kampus, atau organisasi untuk mempertimbangkan kembali persediaan atau mempromosikan produk tersebut,” pungkas guru besar FHUI ini.*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − 16 =