Khairuddin Barbarossa Mujahid Muslim yang Dicemarkan (Bagian I)
CIVILITA.COM –

https://Civilita.com
Master di bidang Sejarah Universitas Islam Antarbangsa, Malaysia, Alwi Alatas, menulis buku menarik berjudul “Khairuddin Barbarossa: Bajak Laut atau Mujahid?”. Ia memaparkan siapa Khairuddin Barbarossa sesungguhnya. Dan bagaimana pandangannya dalam mengcounter Barat terhadap sosok seorang Khairuddin Barbarossa.
John Perkins, dalam bukunya yang berjudul The Secret History of The American Empire (diterbitkan oleh Ufuk Press dengan judul Pengakuan Bandit Ekonomi), menjelaskan citra pelaut-pelaut Bugis di mata orang-orang Eropa. Ketika pergi ke Sulawesi, ia menjelaskan bahwa pulau ini merupakan “Rumah bagi suku Bugis yang keji. Mereka dianggap sebagai bajak laut paling kejam, paling haus darah di dunia. Di kampung halaman, orang-orang Eropa mengancam anak-anak mereka yang tidak patuh bahwa jika mereka tidak bersikap manis, orang Bugis akan menculik kalian.”
Terlepas dari bayang-bayang kekejaman bajak laut Bugis di masa lalu itu, sudut pandang Perkins mulai berubah ketika ia berkawan dengan seorang Bugis selama tinggal di Sulawesi. Teman Bugisnya ini tidak memandang diri mereka sebagai bajak laut. Kenyataannya, mereka hanya mempertahankan tanah air mereka dari para pengacau dan penjarah Eropa. Kisah singkat ini memperlihatkan sebuah contoh bagaimana suatu sudut pandang bisa mengubah sebuah penilaian secara diametrikal, dari bajak laut menjadi pembela negara, atau sebaliknya dari pahlawan menjadi penjahat.
Era kolonial, sejak awal hingga akhir, memperlihatkan ironi-ironi semacam ini. Orang-orang Eropa menaklukkan dan menjajah negeri-negeri Muslim dan mendefinisikan lawan menurut sudut pandang dan kepentingan mereka. Label-label negatif akan segera dilekatkan pada pihak-pihak yang menentang serta pihak yang dijajah secara umum. Jika perlawanan itu terjadi di laut, maka nama yang biasa mereka berikan kepada para pembela tanah air itu adalah bajak laut.
Hal yang sama juga pernah terjadi di awal kebangkitan Eropa dan petualangan mereka menaklukkan berbagai belahan dunia. Tak lama setelah berhasil mengusir orang-orang Islam dari pijakan terakhirnya di Granada, Spanyol, pada tahun 1492, orang-orang Portugis dan Spanyol, para conquistador yang haus kekuasaan ini, segera menyerbu pantai-pantai Afrika Utara. Raja-Raja Maghrib, Tunisia, dan sekitarnya yang lemah tak punya cukup kemampuan dan kemauan untuk mengusir orang-orang Kristen yang penuh semangat ini dari tanah-tanah mereka. Orang-orang Spanyol merebut tempat-tempat strategis, seperti Ceuta di Maroko dan Aljir di Aljazair, dan membangun benteng yang menyulitkan penguasa-penguasa Muslim setempat untuk merebut kembali tempat-tempat itu. Pada masa-masa ketidakberdayaan penguasa Muslim setempat inilah muncul para ‘pejuang swasta’ yang dimotori Barbarossa bersaudara di perairan Mediterania. Mereka tampil menghadapi ancaman penjajah Kristen Eropa. Dan sebagaimana orang-orang Bugis di Indonesia, orang-orang Eropa pun menamai Barbarossa dan kelompoknya sebagai bajak laut.
Barbarossa atau si Janggut Merah, lama-kelamaan berkembang menjadi sosok yang menakutkan orang-orang Eropa. Kendati pada awalnya hanya berjuang dengan satu kapal dan tak mendapat dukungan dari pemerintahan Muslim manapun, mereka mampu mengembangkan armada mereka menjadi sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan di Mediterania, Laut Tengah.
Negeri-negeri di Selatan Eropa, seperti Spanyol, Italia dan Yunani, membangun benteng-benteng pertahanan di wilayah pesisir mereka untuk mengantisipasi serangan Barbarossa. Orang-orang Italia menamai Barbarossa dengan sebutan Il Diavolo atau si Setan. Para ibu di Eropa menakut-nakuti anak mereka yang nakal dan sulit diatur dengan menyebut nama Barbarossa. Dan seorang penyair menggelarinya sebagai ‘pemilik segala kejahatan’ dan ‘perompak yang tak ada bandingannya di dunia.’
Kenyataannya, Barbarossa bersaudara adalah pejuang-pejuang Muslim yang tidak menyerang kecuali kapal-kapal Eropa yang memerangi negeri-negeri Islam. Tulisan ini akan menguraikan figur pejuang yang sangat tangguh ini lebih jauh. (SAS)