Ketika Kasih Tak Sampai
CIVILITA.COM –
Rabb…,
Sungguh halus nan suci perasaan ini Kau tiupkan
Subhanallah begitu dasyhat dan hebatnya
Begitu kuat dan melekatnya
Ya Allah hapuskanlah “rasa” ini jika dia bukan orang yang tepat
Dan berikanlah rasa yang lebih indah pada orang yang tepat
Rabb…,
Bantu aku melupakannya
Bantu aku untuk tidak memikirkannya
Bantu aku untuk tidak merindunya
Bantu aku menghapus “rasa” ini
Pilihkan pengganti yang segalanya lebih baik
Sehingga rasa ini bisa tertumpah
Dan teralihkan kepada yang Kau pilih
Rabb…,
Inilah pintaku kabulkanlah…
Sahabat, barangkali ada di antara kita yang pernah mengalami sepenggal episode yang tergambarkan seperti puisi di atas. Apa reaksi hingga aksi selanjutnya yang kira-kira akan muncul jika salah satu dari kita mengalami episode diatas? Sedih, perih, pedih, hingga patah hati. Ya, yang namanya hati tidak terbuat dari sebongkah batu. Hati diciptakan oleh Allah untuk merasakan sebuah rasa. Ada yang peka, ada yang mudah mengusirnya, ada pula yang bibir tersenyum tapi hati menangis. Begitulah, Allah mentakdirkan hati sebagai tempat untuk berkumpulnya rasa sedih-gembira, suka-duka, nestapa-bahagia, dan seterusnya.
Namun apakah rasa pilu dari episode diatas akan dibiarkan terus membalut aktivitas kita? Apakah kita larut dalam kedukaan yang mendalam? Apakah kita terlanjur patah hati hingga ill’fiel? Jika IYA, jawaban kita. Maka, cukup sejenak saja, kita tercelup dalam kedukaan itu.
Memang ini sulit, tapi ini sekaligus mudah. Sulit, mungkin bagi mereka yang sudah terlanjur begitu dalam memendam hatinya. Mudah, sebenarnya jika kita mau lagi menggali pendaman hati itu, dan memunculkannya ke permukaan. Selanjutnya, tanpa bermaksud sok tegar, mungkin masih ada tersisa serpihan keindahan yang terkenang, cuilan memory yang tak mudah terlupakan. Maka, segeralah untuk menuntaskan membasuh dan membersihkannya. Dengan apa? Istighfar, taubat bahwa kita telah melupakan Allah, bahwa kita telah menomorsekiankan Allah dalam dunia cinta kita.
Sambil lirih dalam setiap sujud dan tangis kita, yakinkan bahwa setiap sujud kita, Allah akan menghapus kealpaan cinta kita. Yakinkan dengan setiap tetesan air mata kita, Allah akan menghapus dengan mudah semua kenangan terindah bersamanya, menggantinya dengan yang lebih baik. Sembari menengadahkan telapak tangan menghadap langit, bisikkan ke dalam hati kita, kalimat pelipur lara ini:
“aku tidak sendiri, ada Allah yang akan terus menemani ketika aku ditinggalkan orang-orang yang aku sayangi. Allah masih menyanyangi aku, dan hanya kepada Allah lah tempat aku bertumpu, mengadu dan menyerahkan semuanya. Walaupun aku butuh seseorang yang bisa menguatkan aku, tapi aku yakin Allah pasti akan selalu bisa menguatkan aku….”
Untuk seseorang yang pernah hadir dan singgah di hati kita, yang pernah mengisi relung-relung kosong di hati kita dengan kehangatan, keindahan, dan kasih sayang, maka teruslah mencoba untuk ikhlas, melepasnya dan selalu mendoakan yang terbaik untuknya.
Kita harus kuat dan ikhlas menerima semua keputusan Allah. Yakinlah setiap lirih doa dan tetes air mata, akan menjadikan kita semakin kuat dan tegar. Allah hendak mendewasakan kita dengan memberikan ujian ini. Bersyukurlah kepada Allah atas rasa sakit ini, atas ujian ini, karena dengannya kita menjadi tahu rasanya sakit hati, dengan begitu kita tahu bagaimana rasanya bahagia.
Sahabat, setelah kita mantap dan tegar atas pilihan kita, maka setelah ini kita fokus pada dunia alam nyata kita. Kemarin, hingga kita patah hati, kita hidup dalam dunia angan-angan, dunia mimpi. Sekarang saatnya, kita jemput dan sambut kembali dunia riil kita. Kapan itu? Sesegera mungkin “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa” (QS. Ali Imran: 133).