Kelahiran Nabi Muhammad Saw: Cahaya yang Memadamkan Kegelapan Jahiliyah

Makam Rasulullah Saw
SEJARAH manusia pernah memasuki fase tergelap, ketika nilai-nilai moral, spiritual, dan kemanusiaan hancur lebur. Pada masa itu, dunia Arab jahiliyah tenggelam dalam kebiadaban menyembah berhala, mengubur bayi perempuan, merampok menjadi kebiasaan, perbudakan merajalela, dan darah dianggap murah.
Dalam keadaan demikian, Allah menurunkan seorang penolong, seorang cahaya yang memadamkan kegelapan Nabi Muhammad Saw.
Allah SWT berfirman: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2)
Ayat ini adalah potret nyata zaman jahiliyah, dan hadirnya Nabi Muhammad Saw adalah jawaban atas jeritan kemanusiaan yang haus akan cahaya.
Riwayat menyebutkan, pada malam kelahiran beliau terjadi tanda-tanda luar biasa api majusi yang selama ribuan tahun menyala padam, istana Kisra Persia berguncang, dan berhala-berhala runtuh. Semua ini adalah simbol bahwa cahaya kenabian akan menghancurkan gelapnya syirik dan kesewenang-wenangan.
Aminah binti Wahab, ibu Rasulullah ﷺ, meriwayatkan bahwa ia melihat cahaya keluar darinya yang menerangi istana-istana Syam. Seakan Allah hendak berkata: “Inilah cahaya yang akan menggantikan seluruh kegelapan dunia.”
Kehadiran Nabi ﷺ bukan hanya mengubah masyarakat Arab, tetapi seluruh peradaban. Dari lisan beliau, lahir kalimat yang paling agung lailahaillah . Dari perilakunya, lahir akhlak yang menaklukkan hati musuh sekalipun. Dari kasih sayangnya, lahir peradaban yang membebaskan manusia dari belenggu penindasan.
Betapa benarnya sabda beliau: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Beliau tidak membawa pedang untuk menaklukkan dunia, tetapi membawa akhlak untuk menaklukkan hati. Itulah cahaya yang benar-benar memadamkan kegelapan jahiliyah.
Merenungi kelahiran Nabi ﷺ seharusnya membuat hati kita bergetar dan mata kita basah. Sebab, beliau adalah cahaya yang memadamkan kegelapan, sementara kita masih sering menyalakan api maksiat dalam hidup. Betapa kita rindu bertemu beliau, mencium tangannya, dan berada di dekatnya.
Namun, Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Orang akan bersama dengan yang ia cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika cinta kita tulus, meski belum pernah bertemu di dunia, kelak kita akan bersama beliau di akhirat. Dan itulah harapan terbesar setiap Muslim: berjalan dalam cahaya beliau, hingga kelak disambut di telaga Kautsar dengan senyum kasih sayangnya.[]
Fakhurrazi Alkadrie, S.H.I, M.Pd., Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kota Pontianak