Kecerdikan Khalifah Al-Muktafi
Ilustrasi
ADA sejumlah pencuri memgambil harta dalam jumlah besar pada masa Khalifah Al-Muktafi, seorang khalifah daulah Abbasiyah. Maka, ia menginstruksikan aparatnya untuk mengusir mereka atau membayar ganti rugi.
Sebelumnya, Al-Muktafi pernah pergi naik kuda sendirian di suatu siang, dan sampai di sebuah gang sepi di perbatasan kota. Ia memasuki gang tersebut. Ia tidak suka karena perintahnya tidak dilaksanakan. Ia melihat pada beberapa pintu rumah ada tulang-tulang ikan dan tulang-tulang keras berserakan.
Al-Muktafi bertanya kepada seseorang yang dijumpainya, “Berapa harga ikan yang tulangnya seperti itu?” Orang itu berkata, “Satu dinar.” Orang itu bercerita, bahwa penduduk daerah tersebut kondisinya tidak mampu membeli ikan semacam itu. Sebab, daerah tersebut terletak di pinggir padang pasir. Tidak ada orang yang membawa sesuatu singgah di tempat ini karena takut. Itu adalah bencana yang harus terungkap penyebabnya. Orang itu berkatam “Itu tidak mungkin.”
Lalu, Al-Muktafi minta bertemu dengan seorang perempuan. Maka, ia mengetuk pintu rumah yang tidak ada tulang ikan padanya. Ia minta air. Keluarlah seorang nenek yang lemah. Sambil minum ia menanyakan kepadanya mengenai sebuah tempat bernama Darb dan penduduknya. Si nenek menceritakannya apa adanya tanpa curiga. Al-Muktafi bertanya, “Rumah ini, siapa penghuninya?
Si nenek menunjuk kepada rumah yang terdapat tulang tulang di depannya. Rumah itu dihuni oleh lima orang pemuda pemberani, sepertinya mereka adalah pedagang. Sejak sebulan yang lalu mereka tidak ke mana-mana. Kami tidak melihat mereka siang hari melainkan selalu ada. Salah seorang dari mereka kami lihat keluar untuk membeli kebutuhan lalu bergegas pulang. Pekerjaan mereka sepanjang hari hanya main catur, makan, dan minum. Mereka punya seorang pelayan.
Kalau malam, mereka pulang ke tempat khusus mereka, sebuah gubuk dan pelayannya yang menunggui rumah tersebut. Ketika waktu sahur, mereka datang saat kami tidur.
Al-Muktafi bertanya kepada laki-laki yang mendampinginya, “Apakah ini sifat pencuri?” “Tentu,” jawab orang tersebut. Maka, Al-Muktafi memanggil 10 orang polisi dan menyuruh mereka masuk ke atap para tetangga. Bersama seorang polisi, Al-Muktafi mengetuk pintu rumah itu. Dan, ia pun menemukan semuanya. Ternyata, mereka memang benar-benar pencuri yang dicari-cari.” []
Sumber: Syaikh Muhammad Khubairi. Kecerdasan Fuqaha dan Kecerdikan Khulafa (terjemah). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011.
