Jangan Sampai Sibuk Dunia Lupa Akhirat

 Jangan Sampai Sibuk Dunia Lupa Akhirat

Mungkin inilah yang sekarang terjadi, tidak sedikit diantara kita sibuk dengan dunia, memeras otak, menguras energi, untuk mencari harta dunia, cinta dunia.

Sementara itu mereka melalaikan akhirat, kehidupan yang sesungguhnya, tempat kembali kita.

Padahal sungguh, perbandingan kenikmatan dunia dengan akhirat sangat sangat jauh, seperti setetes air dengan lautan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, dunia ini dibandingkan akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang menetes di jarinya ketika diangkat itulah nikmat dunia. (HR. Muslim).

Bahkan ketika ditanya, mukmin manakah yang paling cerdas? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati, dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. (HR. Ibnu Majah)

Allah Ta’ala, berfirman:

وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْأَاخِرَةَ لَهِىَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 64)

“Ini adalah bentuk pendidikan kezuhudan dari Allah kepada segenap hamba-Nya terhadap kehidupan dunia, yakni dengan memberi tahu mereka tentang hakikat dunia.

Sesungguhnya dunia itu adalah main-main dan sia-sia. Main main dalam urusan badan dan sia-sia dalam urusan hati. Seorang hamba senantiasa berada dalam kelalaian karena urusan harta, anak-anak, perhiasan, dan segala bentuk kelezatannya, baik dari sisi wanita, makanan, minuman, tempat tinggal, tempat peristirahatan, pemandangan, maupun kepemimpinan. Sia-sia dalam setiap amal yang tidak ada faedahnya. Bahkan, dia berada dalam kemalasan, kelalaian, dan kemaksiatan sampai dunianya terpenuhi dan ajalnya datang menghampiri. Hal ini menuntut orang yang berakal untuk bersikap zuhud terhadap dunia, tidak mencintainya, dan benar-benar mewaspadainya.” (Tafsir as-Sa’di hlm. 790)

Mengejar satu demi satu kumpulan angan kita adalah menapaki keinginan yang tak pernah selesai, ibarat menyusuri belantara hutan yang tak pernah ada ujungnya dan mengarungi lautan yang luas tak bertepi. Kehidupan dunia bukanlah kehidupan yang memuaskan.

Bukan berarti tidak boleh bercita-cita tinggi. Tetapi jangan sampai cita-cita itu hanya menjadi angan-angan kosong yang melelahkan diri kita. Oleh karena itu, kita harus meletakkan cita-cita itu di atas dasar ketercapaiannya. Dasar ketercapaian cita-cita itu bukan ada pada kebendaan yang kita capai, justeru ada di dalam diri kita sendiri.

Kebahagiaan yang kita kejar di dunia ini, bukan ada pada dunia itu sendiri, tetapi ada pada Dzat di balik pencipta dunia ini, Sang Pencipta kehidupan ini, Allah Azza Wa Jalla. Wallahu a’lam (AM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *