Inilah Hikmah Mengazani dan Mengikamahi Bayi yang Baru Lahir

 Inilah Hikmah Mengazani dan Mengikamahi Bayi yang Baru Lahir

Ilustrasi: Bayi [foto: pixabay.com]

TERAMAT bahagia sepasang suami-istri saat hendak memiliki keturunan. Seorang ayah berharap putra-putri yang terlahir dari rahim istrinya kelak akan menjadi anak-anak yang saleh-salehah.

Nah, menjadikan keturunan sebagai anak yang saleh-salehah tentu bukan perkara instan. Semua harus dimulai dari awal. Termasuk saat anak-anak terlahir ke dunia ini.

Salah satu aktivitas yang disyariatkan oleh Islam berkenaan dengan kehadiran dan kelahiran bayi adalah mengazani pada telinga kanannya, dan mengikamahi pada telinga kirinya. Demikian dijelaskan Prof. Dr. Hj Huzaemah Tahido Yanggo, MA., dalam bukunya, “Fiqh Anak; Metode Islam dalam Mengasuh dan mendidik Anak serta Hukum-Hukum yang Berkaitan dengan Aktivitas Anak.”

Menurut Prof. Huzaemah, mengazani dan mengikamahi bayi dilakukan langsung saat anak lahir adalah berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abu Daud, dan Imam Turmudzi dalam satu hadis yang diterima Abu Rafi’, yang mengatakan, “Aku pernah melihat Rasulullah Saw mengazani di telinga Hasan bin Ali ra ketika dilahirkan oleh Siti Fatimah ra.”

Al Baihaqy dan Ibn Sunni meriwayatkan dari Husen bin Ali ra dari Nabi Muhammad Saw bahwa ia bersabda, “Siapa yang dikaruniai anak, lalu mengazaninya pada telinga kanannya dan mengikamahinya pada telinga kirinya, maka ia tidak akan diganggu oleh ummu shibyan (setan). (lihat: Nayl al-Awthar juz V: 136, 137; Tuhfaz al-Ahwadzy juz V: 107-108 dan Al-Majmu’ Juz VIII: 351)

Imam Syaukani mengatakan dikeluarkan (diriwayatkan) -hadis tersebut-noleh Ibn Sunni dari Husen bin Ali bin Abu Thalib ra secara marfu’.

Hikmah Mengazani dan Mengikamahi Bayi

Saat anak baru lahir, tulis Prof. Huzaemah, hendaknya suara yang paling dahulu mengetuk daun telinga mereka adalah kata-kata panggilan yang sangat tinggi yang mengandung kebesaran Tuhan dan keagungan-Nya. Juga hendaknya kalimat syahadat termasuk yang paling pertama kali didengar oleh anak dari ajaran Islam dan dalam rangka pengenalannya terhadap agama yang mulia tersebut. Sehingga, cara seperti itu merupakan semacam ajaran dan pelajaran—atau talqin—bagi anak mengenai syiar—ciri keagungan Islam bagi anak ketika untuk pertama kalinya ia menghirup udara dunia. Sebagaimana adanya talqin (bimbingan) kalimat tauhid, ketika manusia akan keluar dari dunia fana yang akan hancur tersebut.

Tidak perlu dipungkiri besarnya pengaruh azan tersebut terhadap hati si anak. Anak akan sangat terpengaruh dengan suara tersebut meski ia tidak begitu merasakannya.

Di samping itu pun sudah tentu masih ada faedah dan hikmah lain dari azan tersebut. Yakni, antara lain, larinya setan karena mendengar kata-kata atau kalimat azan ketika setan itu menanti kehadiran sang bayi yang akan lahir. Suara azan itu akan diperdengarkan kepada setan pula: sesuatu yang sungguh-sungguh membuatnya lemah dan marah ketika pada awal-awal ia mendekati sang anak.

Maksud lain dari mengazani anak itu adalah adanya upaya sesegera mungkin untuk mengajak anak kepada Allah dan agama-Nya, yakni agama Islam. Ia mesti diajak untuk menyembah-Nya, lebih dahulu sebelum ia diajak untuk menyembah setan. Hal itu sejalan dengan fitrah, yang di atas landasannya, manusia diciptakan Allah. Usaha semacam itu perlu dilakukan demi mendahului usaha setan dalam mengubah langkah hidup manusia dari jalur yang sesuai fitrahnya. Tentu masih banyak lagi hikmah dan faedah lain selain yang telah disebutkan itu. [SR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *