Ingin Jadi Penyiar, Datang ke Jakarta Islamic Center

 Ingin Jadi Penyiar, Datang ke Jakarta Islamic Center

CIVILITA.COM – Suara riuh rendah peserta tak tertahankan saat presenter sebuah stasiun televisi swasta nasional Gustav Aulia, memulai menyampaikan presentasinya terkait tips-tips dan teknik menjadi pembawa acara (master of ceremony) dalam sekolah penyiar “Wanna be Broadcaster” di Aula Jakarta Islamic Center, Jakarta Utara, Ahad sore (29/11) lalu.

“Menjadi MC itu bukan dimulai sejak Anda mengucapkan salam, tetapi sejak Anda masuk ke dalam ruangan. Kelihatan dari postur, ekspresi, semua sudah menampakkan kesiapan. Ekspresi positif,” kata Gustav ringkas, jelas dan tegas.

Sore itu, secara singkat dan disertai praktik, Gustav menjelaskan bagaimana seharusnya intonasi suara, postur, gesture dan ekspresi seorang pembawa acara saat tampil memandu sebuah acara, baik acara formal maupun nonformal.

“Menjadi MC berdua itu lebih susah, harus saling mengisi. Nggak boleh salah satu saja yang aktif. Harus kompak,” kata Gustav memberikan tips.

Tak banyak teori, sore itu Gustav menunjuk beberapa peserta yang telah angkat tangan untuk membacakan naskah yang sudah dia siapkan. Lalu, dari sejumlah peserta dipilih dua orang untuk latihan MC secara bersama. Tak pelak ruangan sesekali diwarnai gelak tawa peserta.

Menurut Kepala Sekolah “Wanna be Broadcaster” JIC, Dipo Khairul Islami, materi menjadi pembawa acara (master of ceremony) itu merupakan pertemuan kedua dari 16 pertemuan keseluruhan dalam program sekolah penyiaran yang digelar JIC.

“Yang lain hanya sekali pertemuan, tetapi karena ini peserta antusias dan perlu latihan meterinya disampaikan dua kali pertemuan,” kata Dipo saat ditemui di JIC, Koja, Jakarta Utara, Ahad sore (29/11) lalu.

Dipo menjelaskan, kelas yang sekarang berjalan merupakan angkatan kedua. Diikuti sekitar 70 peserta hasil seleksi dari 250 orang pendaftar. “Awalnya 80 orang, yang sepuluh nggak kuat, keluar,”jelas Dipo.

Peserta program ini pun beragam. Menurut Dipo kebanyakan peserta adalah lulusan SMA/SMK, walaupun ada juga mahasiswa yang ikut serta.

Program yang dirancang dengan masa pendidikan tiga bulan ini, sama sekali tidak dipungut biaya alias gratis. Calon peserta hanya cukup mendaftar dan kemudian mengikuti ujian seleksi yang meliputi soal-soal keIslaman, jurnalistik dan bahasa Inggris.

Setelah dinyatakan diterima, peserta langsung dapat mengikuti pendidikan setiap hari Sabtu dan Ahad dari pukul 13.00 hingga 17.00 WIB. “Setelah semua materi disampaikan, nanti akan ada ujian lisan dan tulisan,” ungkap Dipo.

JIC sendiri telah menyiapkan sejumlah praktisi media sebagai instruktur. Selain Gustav, yang pernah menjadi instruktur dalam sekolah penyiaran ini adalah M Zaitun Rasmin (Direktur Utama Ummat TV), penyiar Lite FM Jakarta Ariel Brown, Dosen Jurnalistik UIN Jakarta Rully Nasrullah, Direktur Program & Pengembangan Bisnis TvMu, Retno Intani ZA, dan beberapa jurnalis dari media cetak Ibu Kota.

Setelah lulus, para peserta itu akan diwadahi dalam sebuah komunitas pendengar Radio JIC dan disalurkan ke media jaringan Radio JIC. Bagi yang berprestasi, JIC memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi penyiar freelance Radio JIC. “Dapat honor juga,” sambung salah satu staf penyiar Radio JIC itu.

Dipo berharap melalui program yang dilaksanakan lembaganya ini akan tercetak banyak jurnalis-jurnalis khususnya penyiar-penyiar Muslim handal.

“Jadi, jika Anda ingin menjadi penyiar, tak perlu repot-repot datang saja ke Jakarta Islamic Center (JIC),” pungkasnya. [MSR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *