Ikatan Pernikahan Kisruh Gegara Selingkuh

 Ikatan Pernikahan Kisruh Gegara Selingkuh

Ilustrasi

JAGAT HIBURAN negeri ini kembali ramai dengan berita para selebritis yang menggugat cerai pasangannya karena diduga melakukan perselingkuhan. Bahkan, menurut survei World Population on Review 2023, Indonesia merupakan negara keempat di dunia dengan kasus perselingkuhan terbanyak yang sebagian besar dimulai dengan teman dekat atau rekan kerja. Dari survei tersebut, alasan terbesar selingkuh karena ketidakpuasan dalam hubungan, sekadar ingin mencari kesenangan, sensasi dan ingin merasakan sesuatu hal baru yang menantang.

Adapun menurut Journal of Sex Research dalam penelitiannya mengatakan bahwa alasan seseorang melakukan selingkuh karena berkurangnya rasa cinta terhadap pasangan, merasa diabaikan, marah terhadap pasangan dan insecure. Selain itu alasan-alasan lain yang bersifat personal di antaranya dorongan syahwat, jatuh cinta lagi, sengaja mencari masalah karena ingin mengakhiri hubungan, serta faktor situasi dan kesempatan.

Ternyata, frasa selingkuh dalam KBBI sendiri yakni suka menyeleweng, suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri, tidak berterus terang, tidak jujur, curang. Dengan kata lain selingkuh itu merupakan perbuatan seseorang yang sudah memiliki pasangan yang sah tapi kemudian menjalin hubungan tidak sah di belakang pasangannya dan hubungannya didorong oleh hawa nafsu dan syahwat, bukan hanya sekadar hubungan pertemanan semata. Lazimnya perselingkuhan itu diiringi dengan perzinaan atau bahkan jalan tol menuju perzinaan.

Setidaknya ada dua faktor yang dapat memicu perselingkuhan itu terjadi yakni: Pertama, faktor internal. Yakni lemahnya keimanan masing-masing pada pasangan yang tidak mampu untuk menundukkan pandangan dan memilih untuk mengikuti hawa nafsunya yang berasal dari bujuk rayu setan. Dan kurangnya rasa bersyukur terhadap pasangan hingga berkurangnya ikatan emosional yang diiringi dengan tidak adanya rasa saling sayang dan peduli terhadap pasangan sehingga hak dan kewajiban rumah tangga tidak terlaksana dengan baik.

Kedua, faktor eksternal. Yakni dipicu oleh tidak adanya batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan akibat dari diterapkannya sistem sekuler. Ditambah kian berkembangnya sarana komunikasi digital, media sosial, serta ketiadaan peran negara dalam mendukung institusi pernikahan sehingga mudah rapuh.

Ternyata realitas yang terjadi di masyarakat saat ini banyak yang berasumsi bahwa selingkuh itu indah. Pelaku (biasanya suami) cenderung loyal terhadap selingkuhnya, sampai-sampai memberikan jatah nafkah istri kepadanya. Padahal nafkah merupakan konsekuensi dari pernikahan yang sah. Tak sedikit pula para istri yang menganggap lebih baik selingkuh daripada poligami. Padahal poligami diperbolehkan dalam Islam dan sah sesuai syariat daripada selingkuh yang tidak sah dan haram, bahkan melanggar syariat.

Semua kekisruhan tersebut diakibatkan oleh adanya virus (kapitalisme, liberalisme, dan sekularisme) sebagai akar dari masalah yang ada di negeri ini dan telah menjangkiti seluruh elemen mulai dari individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara. Virus-virus tersebut telah menjauhkan peran agama dari kehidupan. Kapitalisme yang menyandarkan kebahagiaan hanya sebatas kepuasan materi semata hingga mampu menabrak norma agama. Akal manusia dipilih sebagai pembuat peraturan dan menjadikannya budak nafsu, bebas berbuat tidak didasari halal maupun haram tapi hanya disandarkan pada kesenangan dan manfaat sesaat.

Padahal, dampak yang ditimbulkan dari selingkuh kendati dilakukan dua insan akan menimpa pelaku, pasangan, anak hingga masyarakat. Bagi pelaku selingkuh akan membuatnya gelisah karena takut ketahuan, merasa bersalah, tidak akan dipercaya pasangan, kemungkinan terpapar penyakit menular seksual (PMS). Jika ketahuan nama baiknya akan hancur sampai kehilangan pekerjaan atau bahkan jatuh miskin.

Begitupun bagi pasangan yang diselingkuhi akan merasa jijik, kehilangan kepercayaan pada pasangan, berburuk sangka, khawatir akan terkena PMS, minder ingin mengakhiri hubungan. Ditambah mudah stres, depresi, trauma berlebihan hingga mengganggu kesehatan fisik dari penurunan berat badan, tekanan darah tinggi, menghambat kerja jantung, lambung hingga susah tidur.

Selingkuh juga akan berdampak kepada finansial menjadi kacau, pengabaian akan nafkah, hubungan rumah tangga hancur, hubungan anak dan orang tua rusak karena tidak mampu mewujudkan jalinan antar keduanya. Kemudian hilangnya kehormatan, keluarga broken home, demam gamophobia (perasaan takut menikah), hilangnya sosok teladan bagi anak, bahkan nekad melakukan perbuatan yang melanggar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 + nineteen =