Hidup Harus Menyala, Memberi Manfaat bagi Sesama

Menjelang magrib, pawon mulai berasap. Kayu-kayu kering kususun rapi, lalu kubakar satu per satu. Api kecil menyala, memberi hangat dan cahaya. Dari sinilah aku teringat falsafah Jawa: urip iku urup — hidup itu harus menyala, memberi manfaat bagi sesama.
Hidup bukan sekadar ada, tapi harus menghadirkan cahaya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.” (HR. Ahmad)
Allah pun berfirman: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2)
Kayu bakar di pawon mengajarkan, meski ia rela habis, tapi darinya muncul api yang bermanfaat—menghangatkan, memasak, dan menghidupkan suasana.
Begitulah seharusnya manusia. Meski usia perlahan berkurang, tenaga makin menipis, tapi semoga keberadaan kita selalu menyalakan semangat, menebar kebaikan, dan menghidupkan jiwa-jiwa di sekitar.
Menjelang magrib ini, mari kita bertanya pada diri: sudahkah hidup kita menyala? Ataukah hanya menjadi bara yang redup tanpa cahaya?
Oleh: Must Boeh