Hai Wanita, Lindungi Mahkotamu
Wanita adalah makhluk yang sangat istimewa. Kenapa? Bagaimana tidak istimewanya coba. Hampir semua laki-laki sepakat, bahwa “wanita selalu benar”, meskipun kebenaran yang hakiki hanya milik Allah.
Ternyata eh ternyata, di dalam Islam, wanita juga di buat istimewa lho! Tau dari mana kalau dalam Islam, wanita itu istimewa?
Bayangin deh, di dalam ajaran selain Islam, ada gak sih, yang ngatur wanita untuk berpakaian? Ada gak sih yang ngatur bagaimana seharusnya seorang wanita dalam bermuamalah? Dan ada gak sih yang mengatur wanita ketika dia menikah, juga apabila mengalami perceraian? Hal-hal inilah yang menggambarkan bagaimana istimewa nya seorang wanita.
Tapi di zaman yang serba edan ini. Banyak wanita yang akhirnya tidak sadar bahkan pura-pura gak sadar akan keistimewaannya. Kadang wanita merasa dengan diaturnya mereka berpakaian, itu adalah bentuk diskriminasi Islam terhadap kaum perempuan. Bahkan sampai merasa itu adalah sebuah kekangan Sang Pencipta kepada ciptaannya.
Lalu yang membuat efek bola salju cukup besar adalah saat wanita yang akhirnya ke luar rumah dan tidak lagi mencintai perannya sebagai ummu warabatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga). Merasa tugas mencari uang bukan hanya tugas suami, tapi tugas bersama. Bahkan sampai ada alasan, mereka berkerja semata-mata hanya demi membeli lipstik dan alat make up lainnya.
Atau mungkin, banyak wanita yang akhirnya menyuarakan tentang emansisapi. Eh, emansipasi. Mereka merasa wanita bisa segalanya dan boleh melakukan apa saja dan dimana saja dan dengan siapa saja. Bahkan dalam memperingati Hari Wanita Internasional yang digelar di Jakarta, para wanita menyampaikan aspirasinya. Mereka mengatakan bahwa “My Body is My Bussiness”. Seolah-olah bermakna bahwa hanya dialah yang berhak atas tubuhnya. Sementara penciptanya tidak. Sedihnya..
Sebetulnya masih banyak alasan para wanita, kenapa mereka sampai rela ke luar rumah dan melupakan fungsinya. Alasan yang lainnya karna masalah ekonomi. Yaps! Masalah ekonomi memang selalu menjadi alasan mayoritas mereka sampai pergi keluar rumah demi melakukan yang mubah (kerja) dan meninggalkan yang wajib (ummu warabatul bait).
Kenapa sih ini bisa terjadi?
Sesungguhnya hal ini tidak akan terjadi, jika kita semua tidak mencampakkan hukum-hukum Allah dalam kehidupan. Dan menerapkan seluruhnya tanpa pilih-pilih yang sesuai keinginan hati saja.
Ada satu kisah yang menggambarkan bagaimana wanita yang hidup dalam sistem Islam. Kisah ini ada pada zaman Khalifah Umar bin Khattab. Seperti biasa, Umar memang senang berkeliling malam untuk mengecek, apakah rakyatnya dalam keadaan aman atau sebaliknya. Hingga akhirnya, dia menemui salah seorang ibu yang saat itu sedang memasak dan ada suara rengekan anaknya dari balik gubuknya. Akhirnya Umar pun menghampiri dan langsung menyapa serta bertanya, apa yang sedang ia lakukan. Singkat cerita, ternyata wanita tersebut ditinggal syahid oleh suaminya dan saat itu anaknya dalam keadaan kelaparan. Hingga kemudian ibunya berinisiatif untuk memasak batu agar mengobati rasa gelisah anaknya akibat rasa lapar.
Apa yang bisa kita ambil ibrah dari cerita tersebut? Lihatlah! Dalam keadaan sedang kesusahan pun, wanita tersebut tetap berusaha menjaga anak-anaknya di rumah tanpa meninggalkannya. Karena dalam Islam, seorang istri yang sudah tidak mendapat nafkah dari suami karena suaminya meninggal, maka ia dan anak-anaknya menjadi tanggungan nasabnya. Lalu bila tidak ada, maka ia menjadi tanggungan pemimpinnya. Dilengkapi dengan kepemimpinan seorang Khalifah yang adil dan bijaksana, maka seluruh muslimah di dalamnya akan merasa aman juga terjaga. Kurang istimewa apalagi kita di hadapan Islam?
Hai wanita! Sesungguhnya, Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam menegaskan kepada kita di dalam perjalanannya saat beliau mengunjungi neraka, yang mana penghuninya mayoritas kaum hawa. Bayangin, jeng, seus, kita lho mayoritas penghuni neraka. Na’udzubillahimindzalik.
Sungguh, apa apa yang datang dari Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam bukanlah sesuatu yang datang hanya dari hawa nafsu. Sesungguhnya ia pun berasal dari Sang Pencipta, yaitu Allah Azza wajalla.
Bekerja tentulah mubah dalam hukum syariat Islam. Namun tugas mulia sebagai seorang muslimah yang belum menikah adalah dengan menjaga kehormatannya dan setelah menikah adalah dengan menjadi rabbatulbayt dan madrasatul ula bagi anak-anaknya. Jadi pekerjaan yang mubah jangan sampai menghalangi, bahkan mengganggu tugas yang fardhu atau wajib. Masih banyak tugas lain sebagai seorang muslim di muka bumi ini yang mungkin belum kita ketahui karena miskinnya ilmu yang dimiliki. Kita memiliki amanah di pundak, maka kenalilah Allah, Rasulullah, dan aturan-Nya. Niscaya akan ada cinta saat menjalankannya.
Hai wanita, kembalilah kepada fungsi dan tujuanmu diciptakan. Sesungguhnya, mahkotamu akan lebih indah, jika sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Karena Allah memberikan aturan bukan untuk menghancurkan, tapi untuk menjaga seluruh ciptaanNya. Wallahu’alambishowab.
[Kurnia Safitri/PH]