Generasi Z dan Alpha Makin Susah Fokus: Apakah Ini Salah Media Sosial?

 Generasi Z dan Alpha Makin Susah Fokus: Apakah Ini Salah Media Sosial?

Ilustrasi

Di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat, Generasi Z (lahir antara 1997–2012) dan Generasi Alpha (lahir setelah 2013) tumbuh dalam dunia yang serba digital. Mereka mengenal ponsel sejak dini, menonton video dari YouTube saat masih balita, dan mulai aktif di media sosial bahkan sebelum memasuki masa remaja. Namun, dibalik kenyamanan tersebut, muncul pertanyaan besar: mengapa generasi ini terlihat semakin sulit fokus?

Saya berpendapat bahwa media sosial memang menjadi salah satu faktor utama menurunnya kemampuan fokus pada Gen Z dan Alpha, meskipun bukan satu-satunya penyebab. Ada banyak studi ilmiah dan data survei yang mendukung klaim ini.

Fakta-Fakta yang Mendukung

Menurut laporan Pew Research Center (2024), lebih dari 95% remaja Amerika Serikat menggunakan media sosial setiap hari, dengan rata-rata waktu layar mencapai 8 hingga 9 jam per hari. Waktu yang sangat besar untuk platform digital yang dirancang agar pengguna terus-menerus teralihkan.

Sebuah penelitian dari University of British Columbia (2023) menemukan bahwa paparan notifikasi media sosial yang konstan – seperti like, komentar, atau story – dapat menyebabkan gangguan mikro pada otak, sehingga mengurangi kemampuan untuk berkonsentrasi dalam jangka panjang.

Selain itu, Dr. Adam Gazzaley, seorang neurolog dari University of California, menjelaskan dalam bukunya “The Distracted Mind” bahwa multitasking digital – seperti scroll TikTok sambil belajar – mengganggu fungsi prefrontal cortex, yaitu bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan kontrol kognitif.

Media Sosial Bukan Musuh, Tapi Desainnya Mengkhawatirkan

Sayangnya, desain algoritma media sosial tidak membantu. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube Shorts dirancang untuk menjaga pengguna tetap terlibat selama mungkin. Konten yang muncul selalu baru, cepat, dan menarik secara emosional. Hasilnya? Otak kita menjadi terbiasa dengan stimulasi tinggi dan cepat, sehingga sulit menyesuaikan diri dengan aktivitas yang lambat dan membutuhkan fokus – seperti membaca buku atau mengikuti pelajaran di sekolah.

Studi dari Royal Society for Public Health (RSPH) Inggris (2023) menunjukkan bahwa TikTok dan Instagram adalah dua platform yang paling berdampak buruk pada perhatian dan kesehatan mental anak muda. Keduanya dinilai meningkatkan risiko kecanduan dan mengurangi kapasitas untuk menahan perhatian pada satu hal dalam waktu lama.

Solusi Bukan Hapus Media Sosial, Tapi Edukasi Digital

Menghapus akses sepenuhnya terhadap media sosial juga bukan solusi realistis. Anak-anak dan remaja zaman sekarang hidup di era digital, dan mereka harus diajari cara menggunakannya secara bijak.

Beberapa negara sudah mulai merespons masalah ini. Di Finlandia, misalnya, sekolah-sekolah telah mengintegrasikan “digital literacy” sebagai bagian dari kurikulum wajib, termasuk pelatihan manajemen waktu dan pengendalian distraksi digital.

Di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) pun mulai menggalakkan pendidikan karakter berbasis teknologi, termasuk pembatasan penggunaan gadget di ruang kelas.

Islam Telah Mengajarkan: Menjaga Konsentrasi Adalah Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Ibadah

Jadi, fokus dan konsentrasi adalah nilai penting yang sangat dihargai, baik dalam ibadah maupun kehidupan sehari-hari. Allah SWT berfirman:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡتَرِى لَهۡوَ ٱلۡحَدِيثِ لِیُضِلَّ عَن سَبِیلِ ٱللَّهِ بِغَیۡرِ عِلۡمࣰ وَیَتَّخِذَهَا هُزُوࣱاۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابࣱ مُّهِینࣱ

“Dan di antara manusia ada yang membeli percakapan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6)

Ayat ini memberi peringatan tentang bahayanya konten-konten hiburan yang tidak bermanfaat, seperti banyak konten viral di media sosial saat ini. Jika dikonsumsi secara berlebihan, konten semacam ini bisa membuat seseorang lalai dari tujuan hidup yang hakiki.

Shalat Sebagai Latihan Fokus dan Konsentrasi

Salah satu bentuk latihan fokus dalam Islam adalah “shalat”. Dalam shalat, seorang Muslim dituntut untuk khusyu’—yaitu memusatkan pikiran hanya kepada Allah SWT. Rasulullah ﷺ bersabda:

أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الشَّفْعُ وَالْوِتْرُ، فَإِنْ خَفَقَ فِيهِمَا فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

“Yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika ia berhasil melaksanakannya dengan baik, maka ia akan beruntung dan sukses.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani)

Khusyu’ dalam shalat merupakan ujian awal bagi jiwa untuk tetap fokus dan tidak mudah teralihkan. Sayangnya, banyak orang yang melalaikan hal ini karena pikiran mereka terlalu banyak terganggu oleh dunia maya.

Allah SWT juga berfirman:

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلۡیَوۡمِ وَزُلَفࣲا مِّنَ ٱلَّیۡلِ إِنَّ ٱلۡحَسَنَـٰتِ یُذۡهِبۡنَ ٱلسَّیِّـَٔاتِ ذَ ٰلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّـٰكِرِینَ

“Dan dirikanlah shalat itu di kedua ujung siang (pagi dan petang) dan di bagian permulaan malam. Sesungguhnya amal-amal baik itu menghilangkan (dosa-dosa) buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang mau mengingat (Allah).”(QS. Hud: 114)

Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk mengatur waktu dengan bijak, tidak menyia-nyiakannya hanya untuk hal-hal yang sia-sia, termasuk scrolling media sosial tanpa tujuan.

Jadi, apakah media sosial salah? Tidak sepenuhnya. Tapi jika kita biarkan begitu saja tanpa pengawasan dan edukasi, maka ya — media sosial bisa menjadi ancaman nyata bagi kualitas fokus dan kesiapan generasi muda menghadapi dunia nyata.

Dalam pandangan Islam, waktu adalah amanah dari Allah, dan fokus adalah bentuk disiplin ibadah. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk melatih kesabaran, taqwa, dan pengendalian diri agar tidak mudah teralihkan oleh godaan dunia maya.

Mari kita kembalikan peran keluarga, sekolah, dan lingkungan dalam membimbing para remaja untuk menggunakan teknologi dengan penuh tanggung jawab, serta menjadikan nilai-nilai agama sebagai fondasi dalam menghadapi tantangan zaman. (ilham)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × two =