FPU: Bantu Carikan Solusi Persoalan Kaum Dhuafa

 FPU: Bantu Carikan Solusi Persoalan Kaum Dhuafa

CIVILITA.COM – Ratusan anak-anak mengenakan busana putih memenuhi halaman sekolah di samping kiri Masjid Al Ittihaad, Tebet Mas Indah 1, Jakarta Selatan, Ahad pagi, 19 Muharram1437 Hijriyah atau bertepatan dengan 1 November 2015 lalu. Pagi itu, Yayasan Forum Peduli Ummat (FPU) menggelar santunan anak yatim dalam rangka mengisi tahun baru Muharram 1437 H.

Menurut Ketua Pelaksana Santunan Anak Yatim FPU, Haji Teuku Rusli, sebanyak 581 anak yatim se-Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, yang mendapat santunan dari FPU pagi itu. Setiap anak diberi uang saku senilai Rp200 ribu rupiah, satu nasi kotak dan sebungkus makanan ringan. Dana untuk kegiatan ini pun dicarikan dari para donatur di sekitar Tebet, terutama sekitar Masjid Al Ittihaad, Tebet Mas.

Rusli mengungkapkan, kegiatan santunan kepada anak yatim ini telah dilakukannya secara rutin sejak sepuluh tahun lalu. FPU, kata Rusli, dalam satu tahun menggelar dua kali kegiatan santunan, pertama pada bulan Ramadhan pihak Yayasan memberikan santunan kepada kaum dhuafa, sedangkan pada bulan Muharram memberikan santunan khusus kepada anak yatim.

“Santunan Ramadhan itu awalnya diberikan kepada 300 orang dhuafa. Sesudah sepuluh tahun berkembang jadi 2500 orang,” kata Rusli.

Bukan hanya menyantuni kaum dhuafa dan anak yatim yang sudah terdata dalam data base Yayasan, FPU juga terus berupaya mencari masalah-masalah yang dihadapi oleh mereka. Pihak yayasan akan berusaha mencarikan solusi.

“Misalnya ada anak pintar tapi nggak mampu sekolah, nah lapor sama kita. Biasanya kita lelang ke teman-teman. Teman-teman, ini ada masalah anak yatim, perlunya kira-kira berapa, 4 juta, 5 juta, siapa yang bisa nyumbang?,” ungkap lelaki kelahiran Aceh, 73 tahun silam itu.

Rusli menambahkan, dalam memberikan solusi persoalan kaum dhuafa pihak yayasan juga tidak serta merta memberikan bantuan dana secara tunai.

“Kita cari. Nanti kalau sudah dapat baru kita bayar sekolahnya. Karena kita memang tidak pernah punya dana siap. Jadi begitu ada masalah, nyari. Nyarinya ke teman-teman saja, nggak nyari kemana-mana. Karena, dari internal saja kalau orang di Tebet saja mau bersatu semua selesai,” jelasnya.

FPU sendiri hingga sekarang menanggung biaya pendidikan belasan anak yang sedang menempuh pendidikan di berbagai sekolah dan pondok pesantren. Bukan hanya di Jakarta, mereka ada yang nyantri di Gontor dan Tasikmalaya. Bantuan yang diberikan pun tulus, tanpa ikatan sama sekali.

Selain itu FPU juga memberikan santunan rutin kepada 300 siswa yang diberikan per tiga bulan sekali. “Nilainya nggak seberapa hanya Rp25 ribu/bulan. Uang saku sebagai silaturahim saja,” katanya.

Berawal dari Pengajian Subuh

Sejatinya, tidak pernah terpikir bila akhirnya kegiatan ngumpul-ngumpul belasan orang jamaah pengajian subuh di Masjid Al Ittihaad, Jl Tebet Mas Indah 1, Tebet Barat, Jakarta Selatan itu akhirnya menghasilkan sebuah yayasan.

Pada 2003 lalu, jamaah pengajian subuh itu mulai resah dengan kondisi masyarakat kaum dhuafa di sekitar Kecamatan Tebet. Walaupun hanya sekadar jamaah pengajian, lalu mereka menghimpun dana untuk membantu kaum dhuafa. Kegiatan ini terpisah dengan kegiatan yang dilakukan oleh pihak Masjid Al-Ittihaad.

“Jadi awalnya kegiatan dari 2003 itu hanya ngobrol-ngobrol jamaah gitu aja. Walaupun jamaah, kita bisa nyantuni 500 orang,” kata Rusli.

Selama dua sampai tiga tahun kegiatan kelompok pengajian ini berjalan tanpa badan hukum. Hingga kemudian muncul pemikiran supaya mendirikan badan hukum yayasan untuk memperkuat kegiatan. Hingga akhirnya disetujui berdiri yayasan, para anggota pengajian itu berdebat dahulu untuk mencegah munculnya konflik yang biasa terjadi dalam sebuah yayasan.

Selain dirinya, Rusli yang pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan ini menyebut sejumlah orang yang turut terlibat sejak awal, diantaranya Haji Soediono, Haji Muzakir Saudin, Haji Suparmanto dan Haji Harum Ismail.

Rusli bercerita, setelah terbentuk yayasan secara legal, pada 2005 terjadilah sebuah kasus pemurtadan di kawasan Menteng Dalam. Modusnya, sebuah yayasan Kristen bernama Yayasan Fransiskus Assisi memberikan santunan kepada sekitar 500 anak dan 600 orang dewasa dari kalangan keluarga ekonomi lemah.

“Kita kaget yang di sini yang di Tebet Barat, Tebet Timur. Kelompok pengajian ada di sini. Lalu kita cari informasi, apa benar kasus itu?. Tanya ustadz-ustadz di sana, kita panggil, ternyata betul. Mereka semua disantuni oleh orang Yayasan Kristen,” ungkapnya.

Yayasan yang baru terbentuk itu kemudian menggelar musyawarah untuk melakukan kegiatan santunan yang serupa di Menteng Dalam.

Hingga sekarang, kara Rusli, pihaknya terus terbuka untuk menerima segala permasalahan, khususnya warga Kecamatan Tebet.

“Kalau ada permasalahan boleh lapor ke kita. Apa aja masalah orang Islam, boleh lapor ke kita. Kita akan bantu cari solusinya. Jangan sampai orang kita itu kalau nggak ada yang dimakan, lalu jual diri, atau pergi ke orang lain, jangan. Anda mau apa, semua bisa kita siapin,” pungkasnya. [MSR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *