Cara Ulama Menjawab Penguasa: Ramah tanpa Rasa Takut

 Cara Ulama Menjawab Penguasa: Ramah tanpa Rasa Takut

Ilustrasi

Imam Al Ghazali dalam Al-Ihya’ Ulumuddin, seperti dikutip Syekh Abdul Aziz Al-Badri dalam kitabnya “Al-Islam Baina al-Ulama wal Hukkam” menyebutkan dua cara ulama menjawab pertanyaan dari penguasa.

Pertama, para ulama memberikan jawaban dengan cara tegas dan keras. Kedua, mereka menjawab dengan sikap ramah tanpa munafik, menjawab tanpa rasa takut, menjelaskan hukum Islam dengan hikmah dan nasihat yang baik, walaupun jawaban itu tidak sesuai dengan keinginan penguasa dan tidak sesuai dengan harapan mereka. Cara seperti ini telah ditempuh oleh para ulama, baik pada masa lalu maupun sekarang.

Di bawah ini adalah salah satu contoh cara ulama menjawab pertanyaan penguasa dengan pendekatan kedua: menjawab dengan ramah tanpa munafik, juga tanpa rasa takut.

Maqatil bin Sulaiman berkata, “Saya menemui Hammad bin Salmah. Di rumah itu tidak ada apa-apa kecuali tikar. Dia duduk di atasnya sambil membaca Al-Qur’an, memperdalam ilmu dan bersuci dengannya. Ketika saya duduk, tiba-tiba pintunya tersenggol dan berbunyi, lalu Hammad berkata, “Wahai istriku, keluarlah dan lihatlah siapa itu?”

Istrinya menjawab, “Utusan Muhammad bin Sulaiman kepada Hammad bin Salmah.” Dia pun mengizinkan dan masuk.

Setelah mengucapkan salam dia berkata, “Amma ba’du, semoga pada pagi hari ini Allah memberkahimu sebagaimana memberkahi wali-wali-Nya dan orang orang yang menaati-Nya.” Saya katakan bahwa kami punya masalah lalu kami mendatangimu untuk bertanya tentangnya.

Dia berkata, “Wahai istriku, ambilkan obat.” Kemudian dia berkata kepadaku, “Balik kitabnya dan tulislah, semoga pada pagi hari ini Allah memberkahimu seperti memberkahi wali-wali-Nya dan orang-orang yang menaati-Nya. Kami tahu ulama, mereka tidak mendatangi siapapun, maka jika kamu mendapatkan masalah, datanglah kepada kami dan tanyakan apa yang perlu ditanyakan. Jika kamu datang kepadaku maka janganlah datang bersama kuda dan pembantumu, maka aku tidak akan menasihatimu karena saya tidak menasihati seseorang kecuali sendirian. Permisi.”

Ketika saya duduk, tiba-tiba pintunya terketuk lalu dia berkata, “Wahai istriku lihatlah siapa dia?”

Istrinya menjawab, “Muhammad bin Sulaiman.”

Dia berkata, “Katakan kepadanya agar dia masuk sendirian.” Lalu saya masuk dan duduk di hadapan Hammad seraya berkata, “Mengapa setiap kali saya melihatmu seakan-akan kamu ketakutan?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 1 =