Body Checking: Dalih Penghormatan yang Justru Merendahkan Perempuan
Ilustrasi: Mahkota Miss Universe
Lola Nadya tentu tidak menyangka hari itu akan menjadi hari tak terlupakan dalam hidupnya. Finalis Miss Universe Indonesia (MUID) yang mewakili Bali ini seharusnya mengikuti jadwal fitting baju sesuai dengan rundown yang diberikan panitia. Nyatanya, ia malah dipaksa untuk difoto dalam keadaan hampir bugil dengan alasan body checking.
Selain itu, ia juga mendapat pelecehan verbal dari pemotretnya. Hal ini semakin diperparah dengan kondisi yang sangat tidak pantas, yaitu di tempat yang sedikit terbuka, sehingga dapat dilihat oleh kontestan yang lain. Bahkan, ada juga panitia laki-laki yang menyaksikannya secara langsung.
Tak terima dengan perlakuan panitia, Lola pun bersama beberapa teman-temannya sesama finalis MUID menyambangi kantor polisi untuk melaporkan peristiwa pelecehan yang mereka alami. Kuasa hukum korban, Melissa Anggraini, sebagaimana yang diberitakan Tribun Kaltim, 15 Agustus 2023 menyatakan bahwa ada beberapa perbedaan dari keterangan masing-masing korban terkait dugaan pelecehan yang menimpa mereka. Ada yang diambil fotonya, ada yang dibentak, ada yang merasa terintimidasi.
Tak butuh waktu lama untuk peristiwa ini menjadi sorotan khalayak ramai. Reaksi keras diberikan kepada National Director sekaligus pemegang lisensi Miss Universe Indonesia, Poppy Capella; Chief Operating Officer Safa Attamimi (yang juga diduga kuat sebagai pemotret dan pelaku penghinaan terhadap kontestan); CEO Eldwen Wang; dan Visual Director Rio Motret. Imbasnya, kedua orang terakhir mengundurkan diri dari jabatannya. Sementara Poppy Capella, mengaku tidak tahu akan kejadian tersebut dan justru akan menuntut balik pihak-pihak yang dirasa ingin menjatuhkan dirinya. Adapun Safa Attamimi belum bisa dihubungi awak media sampai tulisan ini dibuat.
Per 12 Agustus 2023, Miss Universe Organization telah mengakhiri kontraknya dengan PT Capella Swastika Karya, pemegang lisensi MUID, imbas dari kejadian di atas.
Adapun body checking menurut Mukie Muza, co-founder Indonesian Pageants yang merupakan komunitas pecinta beauty pageant (kontes kecantikan), seperti yang dilansir dari Kompas.com, mengatakan body checking memang banyak dilakukan dalam kontes kecantikan sebagai bagian dari penilaian. Tujuannya untuk memastikan seluruh bagian tubuh yang akan ditampilkan dapat terlihat sempurna. Misalnya dengan menutupi tato, stretch mark, bekas luka, memutihkan bagian yang gelap, dan sebagainya.
Dan body checking memang bukanlah hal baru dalam kontes kecantikan. Yang membuatnya viral kali ini adalah pelaksanaannya yang dianggap tidak profesional. Yang seharusnya dilakukan di tempat tertutup, oleh pihak medis dan/atau profesional yang berkompeten, sambil mengenakan pakaian, dan tidak boleh diambil gambarnya, baik menggunakan kamera ataupun CCTV sekalipun.
Sementara yang terjadi pada kontestan MUID, body checking dilakukan di tempat semi terbuka, hanya mengenakan celana dalam, mereka diambil gambarnya dengan kamera HP oleh orang yang tidak berkompeten, bahkan banyak orang yang berlalu-lalang bisa menyaksikannya.
Tak ayal, tidak sedikit orang yang mempertanyakan urgensitas body checking, bahkan adanya beauty pageant itu sendiri. Beauty pageant atau kontes kecantikan dulunya tidak seprestigius sekarang. Ajang pencarian ratu kecantikan yang sudah ada sejak abad ke 18 ini awalnya dianggap merendahkan kaum perempuan. Namun sejak 1920-an, kontes kecantikan dibuat lebih modern sehingga menarik minat penonton.
Miss Universe Inc. sendiri baru didirikan pada 1952 oleh perusahaan pakaian dan produsen pakaian renang Catalina sebagai upaya untuk mempromosikan barang-barangnya. Miss Universe, beserta puluhan hingga ratusan kontes kecantikan lainnya, berdalih bahwa keberadaan mereka ditujukan demi mengangkat martabat perempuan, memberdayakan, mendorong dan memberi motivasi agar para wanita bisa menjadi versi terbaik bagi diri sendiri dan panutan bagi orang lain.
