Berkah Birrul Walidain

Ilustrasi
BERBAKTI kepada ibu-bapak adalah kewajiban seorang anak. Selain itu, ternyata _birrul walidain_ itu ternyata mengundang keberkahan.
Anas bin Malik bertanya: “Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dilimpahkan rejekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua ibu-bapaknya dan memelihara silaturahmi.” (Riwayat Ahmad).
Hadits di atas dikuatkan pula oleh kisah yang dibawakan oleh Mu’adz bin Jabal ra. Dia berkata, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang berbakti kepada ibu-bapaknya maka berbahagialah karena Allah akan menambah usianya.” (Riwayat Abu Ya’la, At-Thabrani, Al-Ashbahani, dan Al-Hakim).
Dari Tsauban ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh adakalanya orang itu dipersempit rezekinya karena dosa yang diperbuatnya, dan tidak ada yang dapat menolak takdir selain dari doa, dan tidak ada yang dapat memanjangkan umur selain Al-Bir, berbakti kepada ibu-bapak.” (Riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya).
Suatu ketika, kata Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian mengganggu wanita milik lain, niscaya wanita milikmu tak akan diganggu oran-orang dan berbaktilah kepada ibu-bapak kalian, agar anak-anakmu kelak berbakti kepadamu. Barangsiapa yang diminta maaf oleh saudaranya, hendaklah dimaafkannya, baik ia salah atau benar. Kalau ada yang tidak mengamalkannya, maka ia tidak akan dapat mendatangi Al-Haudh (sebuah danau di surga).” (Riwayat Al-Hakim).
Dikisahkan oleh Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Berbaktilah kepada ibu-bapakmu supaya anak-anakmu berbakti kepadamu, dan peliharalah kebersihan dirimu, supaya istrimu memelihara kebersihannya.” (Riwayat At-Thabrani dengan sanad hasan).
Aisyah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Saya telah masuk surga, lalu saya mendengarkan bacaan, aku bertanya: ‘siapa dia?’ Lalu ada yang menjelaskan: ‘Dia adalah Haritsah bin Nu’man’. Selanjutnya Rasul bersabda: ‘Itulah ganjaran Al-Bir”. Menurut keterangan banyak orang, dia sangat berbakti kepada ibunya. (Riwayat An-Nasai).
Abu Darda’ berkata, ada seseorang yang datang kepadanya dan bercerita. Dia berkata: “Ayahku selalu mengaturku, meskipun aku sudah dinikahkan. Dan kini beliau memerintahkan agar aku menceraikan istriku!” Mendengar itu Abu Darda’ menjawab: “Saya bukanlah model orang yang akan menyuruh engkau mendurhakai ibu-bapakmu, dan bukan pula orang memerintahkan untuk menceraikan istrimu. Tapi kalau kau bersedia mendengarkankan, aku akan menyampaikan apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah Saw. Baginda bersabda: “Ayah itu menduduki pertengahan pintu-pintu surga, maka peliharalah pintu itu kalau kalian mau, atau tinggalkanlah.” (Riwayat Ibnu Hibban dalam Shahihnya).
“Arti dan maksud hadits ini, Al-Baidhawi menjelaskan, bahwa sebaik-baik titipan pelintas masuk surga dan mencapai derajat yang tinggi ialah dengan jalan mematuhi perintah ayah dan berbakti kepadanya, dan dapat mengantarkan seseorang masuk surga dari pintu yang tengah, yaitu pintu yang paling utama. Yang dimaksud dengan ‘pertengahan’ bukan dalam arti penginderaan, karena ia dinyatakan sebagai marfu’:
“Pintu paling tengah, terbuka untuk orang-orang yang birrul walidain. Barangsiapa yang berbakti kepada ibu-bapaknya akan terbukalah pintu itu, dan siapa yang durhaka kepada keduanya, tertutuplah pintu itu baginya.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Syahih dalam “At-Targhib” dan oleh Ad-Dailami dalam “Musnadil Firdaus”). []
Sumber: Al Ustadz Ahmad Isa Asyur, Berbakti kepada Ibu-Bapak (Terjemahan). Jakarta: GIP, 2008.