Berdoalah karena Doa adalah Inti Ibadah

Ilustrasi: Berdoa.
Waktu yang paling utama untuk berdoa adalah di saat sujud, di tengah malam, dan setelah shalat wajib.
Dari Abû Hurairah riwayat Muslim, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Posisi seorang hamba yang paling dekat dari Tuhannya ialah pada saat ia sujud, maka perbanyaklah doa ketika itu.” Dari Abû Umamah, riwayat at-Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”
Abû Umamah berkata, “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw, doa manakah yang paling didengar oleh Allah?” Rasulullah Saw bersabda: Doa di tengah malam dan setelah shalat wajib.”
Begitu juga berdoa di bulan Ramadhan mempunyai pahala yang sangat besar. At-Tirmidzi telah mengeluarkan sebuah hadits, ia berkata, “Hadits ini hasan.” Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Ada tiga orang yang doanya tidak akan di tolak, yaitu orang yangcshaum hingga buka, imam yang adil, dan doa orang yang dizhalimi. Allah akan mengangkat doanya hingga ada di atas awan dan akan dibukakan baginya pintu-pintu langit. Dan Allah pun berfirman, “Demi kemuliaan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu kapan saja.”
Yang harus diperhatikan, keberadaan doa sebagai suatu ibadah tidak berarti bahwa kita boleh meninggalkan hukum kausalitas (sebab akibat). Sirah Rasulullah Saw adalah bukti yang nyata akan hal ini.
Sebagai contoh, Rasulullah Saw telah menyiapkan pasukan untuk perang Badar. Beliau mengatur pasukan masing-masing di tempatnya. Beliau juga telah menyiapkan mereka dengan persiapan yang baik. Kemudian setelah itu beliau masuk ke bangsalnya seraya meminta pertolongan kepada Allah. Beliau pada saat itu banyak sekali berdoa, hingga Abû Bakar berkata, “Wahai Rasulullah!, sebagian dari doamu ini telah cukup.”
Penting untuk dipahami dan diyakini, Allah pasti akan mengabulkan setiap doa orang yang berdoa, dan akan mengabulkan orang yang terdesak dengan kebutuhannya ketika ia berdoa kepada-Nya. Allah berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ghâfir [40]: 60).
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku…” (QS. al-Baqarah [2]: 186)
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan…” (QS. an-Naml [27]: 62)
Hanya saja harus dipahami bahwa ijabah doa mempunyai pengertian syar’i tersendiri (hakikat syar’iyah) yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
Beliau bersabda: “Tak seorang muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang di dalamnya tidak dosa dan memutuskan silaturahmi, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga perkara, yaitu bisa jadi Allah akan mempercepat terkabulnya doa itu saat di dunia; atau Allah akan menyimpan terkabulnya doa di akhirat kelak, dan bisa jadi Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai dengan kadar doanya. Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa.” Rasulullah Saw bersabda, “Allah akan lebih banyak lagi (mengabulkannya).” (HR. Ahmad, al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad)