Apa Itu Rezeki?

 Apa Itu Rezeki?

Suasana sawah dan perkebunan di pedesaan. [foto: flickr.com]

Kalau dia menghadapi berbagai kesulitan, hendaknya ia mempertabah dirinya dan berpegang teguh pada keimanannya. Karena, bersabar dengan rezeki dan berpegang teguh pada keimanan bisa mengundang datangnya rezeki yang halal.

Namun, kalau ia tidak sabar pada rezekinya, karena selalu dirundung rasa takut, resah dan gelisah, karena kehampaan sudah menguasai kalbunya, niscaya ia tidak akan mengenal lagi perbedaan antara harta yang halal dengan yang haram.

Biasanya orang memberanikan diri mengulurkan tangannya pada harta yang haram itu, disebabkan rasa takut miskin, gelisah terhadap masa depannya, dan lain-lain sebagainya. Ia ingin mengamankan hari depan dan hari depan sanak keluarganya, padahal keamanan itu hanya ada di tangan Allah Ta’ala.

Banyak orang yang berkeyakinan, bahwa modal harta kekayaan itu bisa melindungi dirinya dari kemiskinan, dan bahkan bisa membahagiakan hidupnya. Ada lagi yang berkeyakinan, bahwa dengan cara yang haram seorang dapat memiliki dan memperoleh kekayaan.

Mereka adalah orang-orang yang telah disesatkan setan, jiwanya diliputi rasa takut dan gelisah, karena kurang kuat imannya dan mudah tergoda, firman-Nya:

“Sesungguhnya setan-setan itu hanya mempertakuti orang-orang yang di bawah pimpinannya, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kamu kepada-Ku.” (QS. Ali Imran 175).

Memang, di antara tugas setan itu adalah menanamkan rasa takut di hati manusia. Jalan termudah untuk menimbulkan rasa takut dalam hati orang, ialah yang menyangkut rezekinya.

Ia datang dan membisikan was-was pada Anda, “Patuhilah semua perintah atasanmu dan bersaksi palsu, kalau tidak rezekimu akan putus. Lakukan apa yang diperintahkan kepadamu dari pelanggaran dan jangan membiarkan dirimu dalam keluargamu dalam kemelaratan dan gelandangan.”

Setan menakut-nakuti manusia sehingga menjerumuskannya ke dalam perbuatan maksiat demi maksiat, sehingga menjadi pekerjaan rutinnya, malah dianggapnya sebagai salah satu bagian dari kebutuhannya sehari-hari. Akhirnya, nafsunya mendorongnya melakukan maksiat tanpa bisikan setan lagi.

Seyogyanya, kalau kita sudah menyatakan beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Pemberi rezeki, seharusnya kita mempercayai firman-Nya dan jaminan-Nya, juga sehingga tidak memberi kesempatan kepada setan untuk melaksanakan peran jahatnya, mengacau pikiran kita. Kalau kita merenungi dan berusaha meresapi jaminan rezeki dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya, niscaya tidak ada alasan bagi kita untuk resah dan gelisah. Firman-Nya:

“Dan di langit ada rezekimu dan apa-apa yang dijanjikan kepadamu. Demi Tuhannya langit dan bumi, sesungguhnya apa-apa yang dijanjikan itu adalah sebenarnya, seumpama perkataanmu.” (QS. Adz Dzariyat 22-23)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

fourteen − six =