Aksi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Terus Berlanjut, Polisi Tangkap Puluhan Demonstran

Aksi solidaritas Palestina yang digelar para mahasiswa di berbagai kampus di AS. [foto: WSET]
Jakarta (MediaIslam.id) – Polisi kembali menangkapi mahasiswa Amerika Serikat yang menggelar aksi protes lanjutan terhadap serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina.
Pihak Universitas Virginia di Charlottesville pada Sabtu (04/05), mengeluarkan pernyataan setidaknya 25 pengunjuk rasa ditangkap, karena masuk tanpa izin menyusul intervensi polisi untuk membubarkan perkemahan pro-Palestina di kampus.
Universitas Virginia dalam pernyataannya menyebut protes pro-Palestina di lapangan (universitas) berakhir pada Sabtu setelah Universitas, polisi lokal dan negara bagian membersihkan area tersebut menyusul pelanggaran berulang kali terhadap beberapa kebijakan Universitas, termasuk penggunaan tenda dan pengeras suara.
Baca juga: Polisi New York Tangkap Ratusan Demonstran Pro-Palestina di Universitas Columbia
“Tindakan kekerasan yang terjadi selanjutnya serta kegagalan untuk mengikuti arahan penegakan hukum menyebabkan pertemuan itu dinyatakan sebagai melanggar hukum,” kata universitas tersebut.
Selain itu, Universitas Virginia mengatakan sebelum perselisihan dengan penegak hukum pada Sabtu yang mengakibatkan 25 orang ditangkap, demonstrasi yang dimulai pada Selasa (30/4) berlangsung damai dan mematuhi kebijakan Universitas.
Selain mahasiswa Universitas Virginia, 50 orang ditangkap di Sekolah Institut Seni Chicago (SAIC), menurut pernyataan kampus tersebut.
Kampus tersebut menyatakan beberapa siswa SAIC memulai protes di Taman Utara museum.
“Dan seiring berjalannya protes, para pengunjuk rasa mengepung dan mendorong petugas keamanan serta mencuri kunci museum mereka, memblokir pintu keluar darurat, dan membarikade gerbang. Protes juga mulai meningkat di Michigan Avenue di luar museum,” demikian peryataan SAIC.
Universitas menawarkan para demonstran lokasi alternatif untuk melanjutkan protes mereka di kampus, namun mereka menolaknya, menurut pernyataan itu.
“Selama beberapa perundingan, mahasiswa pengunjuk rasa SAIC dijanjikan amnesti dari sanksi akademik dan tuduhan pelanggaran jika mereka setuju untuk pindah lokasi. Kampus juga setuju untuk bertemu dengan mahasiswa untuk membahas tuntutan mereka,” demikian dalam pernyataan tersebut.
“Setelah kurang lebih lima jam, kesepakatan tidak dapat dicapai,” tambahnya.[]
sumber: Anadolu-Oana