Agresi dan Yahudisasi Tahun 2022 Meningkat di Al-Quds
Jamal Amr, seorang ahli dalam urusan Al-Quds dan permukiman Yahudi, mengatakan bahwa organisasi dan kelompok Yahudi ekstremis secara resmi berafiliasi dengan pemerintah, dan pemerintahlah yang sebenarnya melakukan penyerbuan dan kegiatan yahudisasi.
Kepada Pusat Informasi Palestina, dia mengatakan, “Pemerintah menggunakan kelompok-kelompok ini sebagai kedok dan menjustifikasi haknya dalam ritual ibadah dan yahudisasi di semua hari raya dan momen-momen agama Yahudi, terutama masalah Temple Mount yang mereka klaim.”
Organisasi-organisasi ekstrimis dan permukiman Yahudi dan yahudisasi adalah bagian mendasar dari sistem politik, militer dan keamanan yang mendapat dukungan terorganisir dan perlindungan penuh, sampai rasio polisi yang melindungi setiap penyusup adalah 5:1.
Jamal Amr menyatakan bahwa penyerbuan yang dipimpin oleh kelompok-kelompok ekstrimis ini mendapat izin resmi dari Mahkamah Agung pada saat peran Arab dan Islam dalam mengecam dan menghentikan penyerangan ini menurun pada saat rezim Arab melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Jamal Amr menambahkan, “Para pemukim pendatang Yahudi adalah alat di tangan pemerintah. Ada 48 organisasi dan kelompok yang menerima puluhan juta dolar dari Amerika Serikat dan Israel sebagai dukungan keuangan berkelanjutan yang diberikan oleh pemerintah kepada para rabi senior untuk mendapatkan suara ekstremis dalam pemilu Israel.”
Selain aspek finansial, kelompok-kelompok Yahudi memotivasi para peserta penyerbuan dan yahudisasi dengan insentif moral, menawarkan kepada mereka sertifikat penghargaan, hadiah dalam bentuk barang, makanan, dan bus gratis.
Ritual baru
Kelompok-kelompok ekstremis dan permukiman Yahudi di masa lalu tidak berani secara terbuka mempraktekkan ritual keagamaan Taurat dan Talmud, yang bervariasi antara ibadah-ibadah doa, persembahan kurban, dan meniup terompet menandai semakin dekatnya mimpi untuk mendirikan kuil yang mereka klaim.
Media lokal dan Arab menerbitkan gambar-gambar mengejutkan tentang ritual-ritual agama Yahudi dan Talmud yang untuk pertama kalinya terjadi di Baitul Maqdis, selain gambar setengah telanjang para wanita Israel yang memperlihatkan Qubah Shakhrah dan Baitul Maqdis di belakang mereka.
Ghassan Wishah, seorang profesor sejarah dan peradaban di Universitas Islam di Gaza, mengatakan bahwa pemandangan yahudisasi mulai menunjukkan jubah putih para rabi yang mereka kenakan di halaman Al-Aqsha. Sementara terompet ditiup untuk pertama kalinya sejak pendudukan Zionis Israel atas al-Quds pada tahun 1967, yang menandai berakhirnya suatu era dan dimulainya era baru dalam keyakinan Yahudi.
Kepada Pusat Informasi Palestina, dia menambahkan, “Kaum Yahudi menyungkurkan diri di halaman Masjid al-Aqsha dalam ritual sujud epik, dan salah satu dari mereka menjulurkan tangannya, dan itu bermakna bahwa ini adalah tanah dan bebatuan dari Kuil yang mereka klaim. Hal ini terjadi pada tahun 2022 M untuk pertama kalinya, dan mereka mengumumkan bahwa Al-Aqsha adalah bagian dari Kuil yang mereka kalim, artinya mereka telah mencapai sebuah tahap baru.”
Di tahun 2022, pendudukan Zionis Israel dan para ekstremisnya tidak hanya berbicara tentang pembagian Masjid al-Aqsha secara tempat dan waktu seperti yang dilakukan di Masjid Ibrahimi di Hebron, tetapi mulai berbicara bahwa tanah Baitul Maqdis adalah bagian dari Kuil yang mereka klaim, untuk membenarkan praktik ibadah dan sujud epik atas tanahnya.
Pendudukan Zionis Israel dengan sengaja mengatur dan melindungi penyerbuan melalui Gerbang Mughrabi (pintu barat masjid) dan keluar melalui Gerbang Silsilah dan al-Rahmat. Dr.Wishah membaca hal itu adalah perintah yang disengaja untuk mendirikan tempat ibadah Yahudi dalam beberapa hari mendatang di daerah tersebut.
Tim Investigasi PBB pada tahun 1930, setelah Revolusi Al-Buraq, membuktikan bahwa seluruh fasilitas Masjid al-Aqsha adalah murni tempat suci dan peninggalan Islam, tetapi rencana Zionis yang meningkat sekarang ini mengintensifkan pencurian identitas dan warisan Islam.
sumber: infopalestina
