Agar Istiqamah ‘Berhijrah’

Ilustrasi
Ketiga, berkumpul dengan shahabat shalih/shalihah. Tak dipungkiri hijrah sendiri cenderung rapuh, butuh berpegangan tangan dengan shahabat. Untuk saling menguatkan di kala sulit, saling beramar ma’ruf dan saling menasihati dalam kemunkaran. Melangkah bersama shahabat hijrah, kebaikannya tak hanya terlingkupi dalam kehidupan dunia tapi juga akhirat. Karena shahabat hijrah akan dapat memberi syafaat menuju syurga. Rasulullah Saw bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap. (HR. Bukhari dan Muslim)’
Keempat, berdoa. Acapkali saat iman lemah, hawa nafsu menguasai, dapat memalingkan diri dari komitmen hijrah. Butuh senjata untuk melawannya berupa kekuatan doa. Hal inilah yang diajarkan Rasulullah SAW untuk membuka pintu langit, menyertai ikhtiar istiqamah dalam hijrah.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (QS. Ali ‘Imran ayat 8).
Wallahu a’lam bishshawwab.
[Ismawati]