Agar Istiqamah ‘Berhijrah’

Ilustrasi
HIJRAH, diksi yang tak asing di telinga. Ya karena hari ini spirit hijrah menggema. Efeknya bermunculan berbagai komunitas hijrah. Ada artis hijrah, remaja hijrah, pengusaha hijrah, bikers hijrah dan sebagainya.
Berbagai kajian keIslaman baik offline maupun online diminati dan ramai pengunjung. Pun berbagai komunitas tersebut tak malu lagi menampakkan simbol-simbol Islam seperti kerudung, cadar, gamis, celana cingkrang ataupun jenggot. Realitas yang menggembirakan. Artinya terciptanya atmosfer spirit beragama.
Tapi sayang sungguh disayang, tak bisa juga menutup mata adanya hijrah ‘temporer’. Di awal waktu, semangat hijrah begitu menggebu. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, banyak yang menjauh dari komunitas hijrah. Bahkan yang miris melepaskan diri dari simbol-simbol Islam. Misalnya, artis hot dan kontroversial hijrah menutup aurat dengan menggunakan jilbab dan cadar. Ketika cobaan atau ujian melanda, tak segan melepaskan jilbab cadarnya dan menampakkan kembali auratnya. Tanpa merasa malu dan bersalah.
Ini menunjukkan bahwa hijrah sekadar di permukaan (sebatas simbol-simbol Islam) atau mengikuti tren kekinian. Belum menyentuh pemahaman dari akar (akidah dan syariat) yang menjadikan hijrah penuh dengan kesadaran dan kemantapan.
Hakikat Hijrah
Hijrah diksi penuh makna. Memaknai hijrah mengacu pada teladan terbaik dalam hijrah, yaitu Rasulullah Saw dan para shahabat. Artinya perlu kiranya memaknai hijrah dari perspektif sirah kenabian dan wahyu.
Tercatat dalam sejarah, jahiliahnya kehidupan Arab sebelum diutusnya Rasulullah Saw. Datangnya wahyu pertama sebagai pemulaan hijrahnya kehidupan para shahabat dengan standar akidah Islam. Karena keimanan pada Allah, RasulNya, kehidupan akhirat menyentuh dan mengisi akal dan kalbu mereka. Arah dan tujuan hidup berubah haluan dari meraih materi, pujian atau kedudukan menuju ridha Allah dan RasulNya. Tak asal-asalan, spirit hijrah terbukti dengan banyaknya shahabat yang mengalami siksaan fisik bahkan harus meregang nyawa dalam fase dakwah Mekah.
Tak cukup hijrah dalam tataran akidah, tapi harus juga dalam tataran syari’at. Sehingga datang perintah Allah pada Rasulullah Saw dan para shahabat untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah. Dari sistem aturan kehidupan jahiliah menuju sistem aturan Islam kaffah. Artinya hijrah menuju akidah dan syari’at Islam yang termanifestasikan secara real dalam kehidupan.
Proses perjalanan hijrah ini pun disertai dengan bimbingan wahyu, sebagaimana firman Allah dan Rasul-Nya yang mulia.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al Baqarah ayat 218).