Agama dan Stabilitas Nasional

 Agama dan Stabilitas Nasional

Bila kita memperhatikan ajaran agama dari berbagai aspeknya, pasti dijumpai petunjuk-petunjuk yang mengarah pada kehidupan yang luhur, baik dalam kehidupan duniawi maupun kehidupan ukhrawi.

Salah satu ajaran agama yang mengarahkan kehidupan yang baik dan tentram dalam kehidupan adalah diarahkannya agar umat manusia menjaga stabilitas dalam kehidupan hariannya, termasuk stabilitas masyarakat.

Dengan terciptanya stabilitas dan kemapanan dalam kehidupan sosial, maka pembangunan mental spiritual dan fisik material dapat berjalan dengan baik dan terencana.

Al-Qur’an menjelaskan beberapa kriteria dari orang-orang yang baik, menjaga stabilitas dan memakmurkan masjid-masjid Allah. Disebutkan dalam surat al-Taubah :

إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) kecuali kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. Al-Taubah, 9 : 18).

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa mereka yang memperoleh kebahagiaan di dunia adalah yang selalu berusaha memakmurkan masjid. Kriteria mereka disebutkan : (1) Orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. (2) Menegakkan shalat, (3) menunaikan zakat dan (4) tidak takut kepada siapapun, kecuali kepada Allah s.w.t..

Dalam kehidupan umat Islam, masjid merupakan lambang persatuan dan kesatuan, yang di dalamnya diajarkan persamaan derajat sesama umat manusia. Manusia berfungsi sebagai khalifah Allah di muka bumi, karena itu mereka harus selalu bersikap jujur, menegakkan kebenaran, memberantas kebathilan dan berakhlak yang luhur.

Dari masjid sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam terus dikembangkan dan dibentuk agar menjadi : (1) Manusia yang beriman dan bertaqwa, yang berkepribadian dan memiliki kualitas yang tinggi. (2) Manusia yang selalu menjalin hubungan vertikal atau hablun minallah dan hubungan horizontal atau hablun minanaas. Hal ini dapat terealisasi secara baik dengan menegakkan ibadah shalat sebagai lambang loyalitas total manusia kepada Khaliknya.

Melalui masjid yang menjadi pusat kehidupan sosial, manusia dibentuk agar selalu berusaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Cara ini dapat dilakukan melalui budaya dermawan, kasih sayang antar umat dan meringankan beban-beban sosial yang membelenggu mereka.

Lembaga zakat, wakaf dan hibah terus ditumbuh kembangkan, dikelola dengan manajemen modern dan diorganisir dengan baik. Dengan cara ini maka tingkat hidup seluruh anggota masyarakat akan mencapai kemakmuran yang maksimal, keadilan dapat terwujud dengan baik dan kesejahteraan sosial akan dirasakan semakin stabil.

Ayat di atas menyebutkan kriteria terakhir bagi mereka yang terus berusaha memakmurkan masjid adalah mereka yang tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah s.w.t.. Manusia yang memiliki keberanian untuk bersikap mandiri, tak pernah takut menghadapi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dari manapun datangnya dan betapapun besarnya.

Dalam diri mereka telah mengakar suatu kesadaran dan persepsi yang kuat, bahwa seorang manusia tidak perlu takut kepada siapapun kecuali kepada Allah s.w.t.. Dengan modal keberanian untuk berdiri di atas kekuatan sendiri, maka orang tersebut telah mengawali langkahnya menuju kesuksesan lahir dan bathin.

Dari kriteria ini, muncul suatu kesadaran dan kebanggaan terhadap ajaran agama, karena ternyata ajaran itu dapat menata kehidupan manusia secara lengkap melalui petunjuk yang agung yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Keagungan ajaran Islam dirasakan dengan sesungguhnya oleh semua orang yang ingin memperoleh sukses dalam kehidupannya baik pada masa kini maupun pada masa depan.

Karena itu Allah SWT memuji mereka yang melaksanakan ajaran Islam dengan baik dan memakmurkan masjid-masjid-Nya, dengan firman-Nya :

فَعَسَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ

“Mereka itulah orang-orang yang diharapkan termasuk dalam golongan mereka yang mendapat petunjuk”. (Q.S. Al-Taubah, 9 : 18).

Apabila umat Islam telah memiliki kriteria di atas dan kriteria-kriteria lain yang disebutkan al-Qur’an dan al-Sunnah, maka mereka akan menjadi umat terbaik yang ditampilkan di tengah-tengah kehidupan umat manusia.

Allah berfirman :

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik, yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S. Ali Imran, 3 : 110).

Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *