Abu Mi’laq dan Dukungan Ilahi
Ilustrasi
DALAM kitabnya, “Al-Mujabin”, Ibnu Abu Dunya menulis sebuah kisah. “Seorang sahabat Nabi yang biasa dipanggil Abu Mi’laq adalah pedagang yang sudah cukup sukses dan berjiwa sosial. Ia telah menjelajah ke mana-mana. Ia terkenal tekun beribadah dan bersifat wara’.
Suatu hari ketika sedang dalam perjalanan ia dicegat seorang penyamun. Dengan pedang terhunus si penyamun itu membentaknya, “Letakkan semua barang-barang bawaanmu. Aku akan membunuhmu.”
Abu Mi’laq berkata, “Kamu menginginkan darahku? Ambil saja itu semua hartaku.”
Si penyamun berkata, “Aku sudah punya banyak harta. Aku hanya menginginkan nyawamu.”
Abu Mi’laq berkata, “Sebelum dibunuh aku minta diizinkan melakukan shalat empat rakaat terlebih dahulu.”
Rupanya si penyamun tidak keberatan dengan permintaan itu. Abu Mi’laq segera berwudlu lalu menjalankan shalat empat rakaat. Pada sujud yang terakhir ia tidak lupa berdoa, “Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, ya Tuhan Yang Maha Pengasih, Ya Tuhan Pemilik Arasy yang agung, ya Tuhan yang sanggup berbuat apa saja yang dikehendaki, dengan keperkasaan-Mu yang tak tertandingi, dengan kekuasaan-Mu yang tidak terkalahkan, dan dengan cahaya-Mu yang memenuhi pilar-pilar Arasy-Mu, aku memohon kepada-Mu untuk mengatasi kejahatan penyamun ini. Ya Tuhan Yang Maha Penolong, tolonglah aku. Ya Tuhan Yang Maha Penolong, tolonglah aku. Ya Tuhan Yang Maha Penolong, tolonglah aku.”
Selesai shalat, tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda dengan membawa sebilah tombak yang ia letakkan di antara kedua telinga kudanya. Ia sedang menuju ke arah si penyamun yang dalam waktu sekejap berhasil dibunuhnya. Kemudian ia menghampiri Abu Mi’laq dan menyuruh untuk berdiri.
Abu Mi’laq bertanya, “Siapa Anda? Berkat jasa Anda, hari ini Allah telah berkenan menolongku.”
Ia menjawab, “Aku adalah malaikat penghuni langit lapis empat. Begitu mendengar doamu yang pertama tadi, pintu-pintu langit bergetar. Mendengar doamu yang kedua, para malaikat hiruk pikuk. Mendengar doamu yanga ketiga, Allah memberitahukan padaku bahwa itu adalah doa orang yang sedang dalam kesempitan. Lalu Allah menguasakan aku untuk membunuh si penyamun itu.”
Kata Al-Hasan, “Siapa yang setelah berwudlu lalu shalat empat rakaat kemudian membaca doa ini, niscaya doanya dikabulkan, baik ia sedang dalam kesusahan atau tidak dalam kesusahan.”[]
Sumber: Sa’ad Yusuf Abu Aziz. Kisah Akhir Hayat Orang-Orang Zalim (terjemahan). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2024.
