Ramadhan dan Piring Kosong
KH Bachtiar Nasir
APA alasan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengadakan Ramadhan? Karena Ramadhan inilah dijadikan oleh Allah momen diturunkannya Alquran. Ramadhan diibaratkan bejana atau sederhananya ibarat piring. Sementara Alquran ibarat hidangan di atasnya. Ramadhan dan Alquran saling terkait.
Perlu diingat, ada dua hal penting pada bulan Ramadhan. Yakni pembakaran dosa dan ibadah shaum. Tentu berbeda ketika seseorang membaca Alquran pada bulan Ramadhan dengan di luar Ramadhan. Kita membaca Alquran pada bulan Ramadhan dalam keadaan shaum.
Dengan bershaum, menahan diri dari segala hawa nafsu, Alquran begitu mudah masuk, dihayati oleh jiwa. Kemudian membentuk jiwa-jiwa yang diharapkan takwanya oleh Allah Ta’ala. Menjadi nilai utama dan keuntungan besar manakala kita berinteraksi dengan Alquran selama Ramadhan.
Seseorang yang menjalankan Ramadhan tanpa berinteraksi dengan Alquran seperti membawa piring kosong kemana-mana. Seperti orang lapar yang mengalami disorientasi. Sudah membawa piring tetapi tidak tahu hendak berbuat apa. Melaksanakan puasa terus pada bulan Ramadhan, tetapi tidak pegang Alquran. Tidak baca Alquran, tidak memasukan Alquran di dalam hatinya. Itu sama saja seseorang yang bawa piring kosong tetapi tidak mendapatkan makanan atau hidangan di atasnya.
Begitu banyak orang yang kehausan, tetapi begitu mendapatkan gelas tidak tahu harus berbuat apa. Cukup dia hanya pegang gelas saja. Ketika haus yang dibutuhkan air atau gelas? Air. Tetapi kebanyakan ketika mendapat gelas, berhenti.
Misalnya seseorang bekerja untuk apa? Kebanyakan tentunya mencari uang. Setelah uang didapat, mereka kebingungan. Ini yang dimaksud, orang haus tetapi berhenti setelah mendapatkan gelas. Padahal yang ia butuhkan adalah air.
Manusia hidup untuk mencari bahagia. Kebagian itu hadir jika Allah sudah memenuhi jiwa manusia. Sejatinya kita kerja cari uang agar ibadahnya semakin mudah, semakin lengkap, ibadahnya makin nikmat, bisa sedekah. Kebanyakan kita setelah kerja dapat uang, malah malas beribadah. Shalatnya di samping meja kantor terus. Kaki berat melangkah shalat berjemaah ke masjid.
Kembali kepada pembahasan Ramadhan. Ramadhan momen pembakaran dosa. Seperti halnya besi yang ditempa oleh api sangat panas, maka besi itu akan mudah dibentuk. Sehingga pada momen Ramadhan sejatinya jiwa kita mudah dibentuk ketakwaan. Karena dosa-dosa kita dibakar.
Ramadhan momen dikosongkan jiwa kita oleh lapar dan haus. Oleh karena itu kita perlu isi jiwa kita dengan Alquran. Mendekap Alquran. Membaca Alquran. Men-tadabburi Alquran. Jangan hilangkan kesempatan ini. Rugi besar manakala kita hanya mendapat haus dan lapar saja selama Ramadhan. Wallahu ‘alam bish shawab.*
