Mohammed Shalah, Polisi Mesir Penembak Tiga Tentara Israel Kini Dipuji sebagai Pahlawan

 Mohammed Shalah, Polisi Mesir Penembak Tiga Tentara Israel Kini Dipuji sebagai Pahlawan

Poster Mohammed Shalah.

Doha (MediaIslam.id) – Media dan ulama memuji Mohammed Shalah, polisi muda penjaga perbatasan Mesir yang menyeberang ke wilayah Israel pada 3 Juni 2023 lalu menambak mati tiga tentara Israel.

Presenter Al-Jazeera dan anggota International Union of Muslim Scholars (IUMS), yang berbasis di Doha dan didukung otoritas Qatar, menggunakan Twitter untuk menggambarkan Salah sebagai “pahlawan”, “kebanggaan orang Arab” dan “seorang martir yang memenuhi kewajibannya terhadap agamanya, tanah airnya… dan kehormatan bangsa Arab dan Islamnya.”

Banyak dari tweet mereka muncul dengan tagar yang memuji Shalah dan tindakannya. Tagar yang diluncurkan di media sosial, antara lain “Prajurit Mesir”, “martir heroik Mohammed Salah”, dan “kebanggaan orang Arab”.

Baca juga: Inilah Sosok Mohammed Shalah, Polisi Mesir yang Tembak Mati Tiga Tentara Israel

Seorang presenter Al-Jazeera dan beberapa ulama menarik hubungan antara serangan itu dan peringatan dimulainya perang 1967, yang dikenal di dunia Arab sebagai Hari Naksa (Yaum an-Naksah), yang terjadi pada 5 Juni, dua hari setelah serangan itu.

Mereka menulis penembakan yang dilakukan Shalah mempermanis rasa pahit kekalahan Arab pada 1967, bahkan setelah bertahun-tahun.

Beberapa penulis menyamakan Mohammed Salah dengan Suleiman Khater, tentara Mesir yang menembaki sekelompok turis Israel di Sinai pada Oktober 1985, menewaskan tujuh orang, termasuk empat anak.

Berbagai artikel dan kartun di pers Qatar juga memuji Salah. Editorial harian Qatar, Al-Quds Al-Arabi yang berbasis di London pada tanggal 5 Juni 2023 menceritakan versi insiden Mesir dan Israel, dan menyimpulkan, “Operasi (yaitu, serangan) menunjukkan penjaga perbatasan… merencanakan setiap detail serangan dan sangat mengenal medan, termasuk area pos pengamatan di mana dia membunuh dua tentara (Israel).”

“Operasi tersebut membuktikan bahwa, meskipun bertahun-tahun telah berlalu sejak 1979, tahun perjanjian damai antara Israel dan Kairo ditandatangani, dan terlepas dari kehancuran keseluruhan orang Arab, perang saudara dan penindasan rezim tirani (Arab), peristiwa di Palestina, apa yang Israel dan pemerintah rasisnya lakukan terhadap rakyat Palestina, terus aktif,” ungkap laporan itu.

Laporan itu menambahkan, “Faktor berpengaruh yang dapat membangkitkan sentimen nasional Arab (Faktanya, sangat berpengaruh) bahwa orang seperti penyerang Mesir memutuskan mengorbankan hidupnya sebagai tindakan protes terhadap kejahatan Israel dan melawan ‘kerja sama keamanan’, perdamaian palsu dan perjanjian normalisasi.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 × 4 =