GAMMIS: Indonesia Damai tanpa Islamofobia
Talkshow “Indonesia Damai tanpa Islamofobia“ di Masjid Al Fajr Jl. Cijagra, Kota Bandung, Sabtu (18/3/2023)
Bandung (MediaIslam.id) – Gerakan Masyarakat Melawan Islamofobia (GAMMIS) menggelar talkshow bertema “Indonesia Damai tanpa Islamofobia“ di Masjid Al Fajr Jl. Cijagra, Kota Bandung, Sabtu (18/3/2023) lalu.
Dalam kesempatan tersebut hadir sebagai narasumber antara lain KH. Athian Ali Da’i, Lc., M.A (FUUI), Mustofa Nahrawardaya (GNAI) serta Dani Java Jive (Influencer Hijrah).
Sebagai pembicara dan pengantar KH. Athian Ali Da’i, Lc., menyampaikan bahwa pada hakikatnya Gerakan atau sikap Islamofobia (sikap anti Islam) sudah berlangsung sejak lama.
“Setidaknya kita bisa baca dalam sejarah bagaimana upaya dan rekayasa kaum kafir Quraisy yang didukung kaum munafik terhadap dakwah Rasulullah dan sesudah beliau wafat,” paparnya.
Sementara itu Mustofa Nahrawardaya dari Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI) dalam paparannya menyampaikan bahwa tidak ada lima sikap yang ditunjukan orang atau kelompok yang mengidap penyakit Islamofobia. Pertama sikap takut kepada orang Islam. Kedua sikap menghindar, kemudian sikap tidak suka. Lalu menunjukkan dengan sikap membenci baik ajaran Islam maupun kepada orang Islam.
“Benci dengan kata syariah, jihad, lalu benci kepada orang Islam berjenggot, muslimah bercadar dan sebagainya,” ungkapnya.
Berikutnya,menurut Mustofa adalah puncak dari sikap Islamofobia yakni dengan mengalukan penyerangan atau menyerang baik symbol-simbol keislaman maupun kelompok atau pribadi muslim itu sendiri.
“Contohnya sudah banyak sekali khususnya di Barat. Misalnya si Brenton Tarant adalah pembenci Islam yang akut. Dengan senjata otomatis, lelaki usia 28 tahun kelahiran Australia ini, memberondong jamaah Jumat di Selandia Baru pada 15 Maret 2019 yang lalu,” paparnya memberi contoh.
Sementara di Indonesia sendiri menurut Mustofa, sikap Islamofobia sudah ada sejak zaman penjajah hingga saat ini. Ia menyebut bahwa melabeli teroris kepada aktivis Islam adalah salah satu sikap Islamofobia.
“Media misalnya adalah membuat judul berita atau headline dengan kalimat “terduga teroris dikenal rajin shalat, rajin membaca Al-Qur’an dan sebagainya. Belum lagi aparat kepolisian saat penangkapan terduga teroris maka barang buktinya yang ditunjukkan adalah Al-Qur’an, sajadah dan buku-buku bacaan keislaman lainnya,” ujarnya.
