Wakil Wantim MUI: Waspadai Perang Pemikiran
Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc
Bogor (Mediaislam.id) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof KH Didin Hafidhuddin MSc mengajak umat Islam untuk mewaspadai bahaya perang pemikiran (ghazwul fikri) khususnya tentang sepilis (sekulerisme, pluralisme dan liberalisme).
“Umat Islam dengan ulama dan tokohnya, dengan masjidnya, dengan kajian-kajiannya, harus membentengi diri dari perang pemikiran (ghazwul fikri) yang sangat berbahaya ini,” pesan Kiai Didin dalam kajian Ahad pagi (11/12/2022) di Masjid Al Hijri II, Kota Bogor.
Diantara pemikiran berbahaya yang harus diwaspadai adalah sepilis yang telah difatwakan haram oleh MUI.
“Sekularisme, pemikiran berbahaya yang memisahkan agama dari kehidupan, itulah kenapa masih ada yang mengatakan jangan bicara politik di masjid, itu sekuler,” kata Kiai Didin.
Menurutnya, di masjid itu boleh bicara apa saja yang baik untuk kemaslahatan bersama, yang tidak boleh itu bicara fitnah atau mengadu domba.
“Tapi kalau bicara politik yang baik, jujur dan berakhlak itu silahkan, bicara ekonomi untuk kepentingan kehidupan silahkan, bicara etos kerja, sosial, pendidikan silahkan, karena itu semua bagian dari ajaran Islam,” jelas Kiai Didin.
Terkait sekulerisme, Ketua Pembina Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) itu mengingatkan bahwa dahulu ada tokoh orientalis penjajah Belanda yang menerapkan pemikiran tersebut.
“Dahulu kaki tangan penjajah seorang orientalis Snouck Hurgronje getol melarang umat Islam, tidak hanya melarang bicara politik, tapi juga melarang mempelajari Al-Qur’an, baca silahkan, tapi kalau dipelajari apalagi diterapkan itu tidak boleh,” ungkapnya.
“Jadi penjajah tahu betul kalau umat Islam memahami Al-Qur’an itu akan bangkit dari berbagai bidang kehidupan termasuk urusan politik,” tambah Kiai Didin.
Demikian juga pluralisme, yaitu pemikiran yang menyamakan semua agama. “Dalam pandangan orang beriman, agama yang benar dan diridhoi Allah itu adalah Islam, tetapi dalam implementasinya kita harus saling menghormati pemeluk agama lain,” jelas Kiai Didin.
Namun sayangnya, sekarang ini ajaran agama ada yang dicampur aduk. “Misal baca shalawat di gereja, itukan perbuatan tercela yang tidak perlu dilakukan,” tuturnya.
Sementara liberalisme, adalah pemikiran yang mempertuhan kebebasan dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.
“Termasuk yang berbahaya adalah ajaran ateisme, anti tuhan yang semakin muncul ke atas permukaan,” kata Kiai Didin.
Oleh karena itu, dalam menghadapi pemikiran-pemikiran tersebut, umat Islam harus memperkokoh keimanan dan persatuan umat Islam.
“Kita harus yakin kalau kita terus istiqomah dalam dakwah dan berbagai kegiatan kebaikan, semua akan bisa diatasi dengan pertolongan Allah SWT,” tandas Kiai Didin. [ ]
