“Wahai Rasulullah, Aku Telah Berzina!”

 “Wahai Rasulullah, Aku Telah Berzina!”

Ilustrasi

DAKWAH dan pembinaan masyarakat yang dilakukan oleh Rasulullah Saw telah membuat masing-masing pribadi para Sahabat sampai kepada derajat takut (rahbah) kepada Allah SWT. Keimanan kepada hari akhir melahirkan perasaan yang halus dan sensitif dalam diri mereka.

Mereka menjauhkan diri dari segala hawa nafsu dan perilaku yang hina serta membenci manifestasi kehidupan fana. Demikian enggannya pada hal-hal keduniaan, sampai-sampai setiap mereka bangun pagi telah terpatri bahwa baginya dunia tidaklah berarti apa-apa. Apabila salah seorang dari mereka jatuh dalam perbuatan maksiat, maka ia berusaha dengan daya segala upaya untuk menyucikan diri dari noda-noda kemaksiatan tersebut.

Budi pekerti yang mulia telah menjadi tradisi mereka. Amanah bagi mereka adalah sesuatu yang dihormati dan dijaga. Perkataan mereka adalah janji. Semua itu adalah demi meraih keridhaan Allah SWT, mengharap surga-Nya dan takut akan neraka-Nya.

Salah satu bukti akan hal ini, seperti ditulis Syekh Said Hawwa dalam “Ar-Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam”, adalah kisah tentang Ma’iz bin Malik Aslami, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Suatu ketika Ma’iz bin Malik Aslami mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah menganiaya diriku sendiri, aku telah berzina. Aku meminta agar engkau menyucikan aku (dari dosa ini)!” Akan tetapi, Rasulullah Saw, tidak menerima pengakuan itu.

Pada keesokan harinya, Ma’iz kembali datang menemui Rasulullah Saw dan berkata, “Aku telah berzina,” Namun Rasulullah Saw masih menolaknya. Lalu Rasulullah Saw membawa Ma’iz kepada kaumnya, dan bertanya kepada mercka, “Adakah kamu mengetahui sesuatu yang tidak benar dengan akalnya sehingga kamu melihat ada kelakuannya yang tidak wajar?”

Mereka menjawab, “Yang kami tahu, ia sempurna akalnya, dan menurut yang kami lihat, ia termasuk orang baik-baik di antara kami.”

Kemudian Ma’iz mendatangi Rasulullah Saw untuk yang ketiga kalinya. Namun, beliau membawanya lagi kepada kaumnya, dan menanyakan perihal keadaannya kepada mereka. Mereka memberitahukan kepada beliau, bahwa tidak ada sesuatu pun yang menimpa diri atau akal Ma’iz.

Pada kali keempat, digalilah lubang untuk Ma’iz, kemudian Rasulullah Saw memerintahkan untuk merajamnya.

Tak lama kemudian, datang seorang perempuan dari bathnu (di bawah suku) Ghamid dan berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina, maka sucikanlah aku (dari dosa ini)!” Saat itu Rasulullah Saw menolak pengakuan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eight − five =