Wahai Jiwa yang Tenang!

 Wahai Jiwa yang Tenang!

Ilustrasi: Syuhada Gaza.

“Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Fajr: 18) Apa nilai kita jika kita tidak mengangkat pakaian malam yang hitam?

“Sedangkan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram).” (QS. Al-Fajr: 19) Inilah lubang yang menelan kita, menelan nilai-nilai kita, dan orang-orang yang keluar darinya hanyalah orang-orang yang cacat.

Jiwa yang tenang adalah jiwa yang telah berdamai dengan dirinya sendiri dan telah menerima untuk bergabung dengan ritme tasbih universal, di mana setiap atom adalah seperti yang dicintai Allah, dan berdasarkan apa yang dicintai Allah.

Jiwa yang tenang perlahan-lahan pergi kepada Allah. Ia memaksakan dirinya untuk melakukan apa yang menyenangkan Allah, sehingga Dia memberinya alasan untuk menghubungi-Nya, untuk masuk “ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.” (QS. Al-Fajr: 29)

Jiwa yang tenang mengambil jalan yang permulaannya adalah persahabatan. Pepatah mengatakan, “Ciri kesuksesan di jalan adalah bersahabat dengan orang-orang yang membantu Anda melewati rintangan jalan.” Jika itu Anda lakukan, ketahuilah bahwa inilah saatnya bangunan Anda menjulang dan tanaman Anda sempurna.

Jika Dia melihat Anda hadir dan sabar di depan pintu-Nya, jihad dan tabah, maka Anda akan melihat dukungan-Nya. Anda melihat-Nya menghujani Anda “dengan pasokan pertolongan sesuai dengan persiapan.” Semakin Anda mengesalkan setan dan menyingkirkan rintangan, semakin Allah memberi Anda akses untuk sampai.

Sampai kepada-Nya terjadi karena karunia-Nya, karena Dia menyampaikanmu kepada-Nya “Dengan apa yang berasal dari Dia untukmu, bukan dengan apa yang berasal darimu untuk-Nya.” Kemudian Dia membantu Anda untuk melewati ujian pendakian dan ujian seleksi. Semua ini semata-mata atas karunia-Nya.

Pepatah mengatakan, “Setelah Dia memberi mereka kekuatan untuk menanggung takdir-Nya, Dia akan memperbaiki mereka dengan pilihan terbaik-Nya.”

Jadi, jika mereka rida dengan ujian, Dia bersimpati kepada mereka dengan pemberian. Pemberian yang dimaksud di sini adalah menyampaikan mereka ke maqam “rida dan diridai”.

Jadi, sembahlah Allah dengan rida. “Ketahuilah bahwa rida dikhususkan untuk mereka yang hadir.” Khusus untuk jiwa yang datang kepada Tuhannya di dunia ini dengan pilihan penuhnya, sehingga ia pantas dipanggil, “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.” (QS. Al-Fajr: 28)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

20 − two =