Umar bin Abdul Aziz ra, Khalifah Rasyidin Kelima

 Umar bin Abdul Aziz ra, Khalifah Rasyidin Kelima

Papan nama makam Umar bin Abdul Aziz.

PEMIMPIN yang kerap disebut sebagai Khalifah Rasyidin kelima ini bernama Umar bin Abdul Aziz bin Marwan. Ia adalah seorang khalifah yang saleh. Sering dipanggil dengan sebutan Abu Hafsh.

Mengenai sebutan khalifah rasyidin kelima, Sufyan ats- Tsauri berkata, “Para khalifah itu ada lima: Abu Bakar Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul Aziz.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya).

Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, dalam Tarikh Al-Khulafa’, Umar bin Abdul Aziz dilahirkan di Hulwan, sebuah desa di Mesir. Ayahnya, Marwan pernah menjadi gubernur di wilayah itu. Dia dilahirkan pada tahun 61 H. Ada juga yang menyatakan 63 Hijriah. Ibunya bernama Ummu Ashim binti ‘Ashim bin Umar bin al-Khaththab.

Di wajah Umar terdapat bekas luka karena tendangan seekor binatang. Peristiwa itu terjadi pada saat dia masih kanak-kanak. Pada saat ayahnya menghapus darah yang mengalir di mukanya dia berkata, “Jika kamu adalah orang yang terluka di kepalanya dari kalangan Umayyah, maka engkau akan menjadi orang yang bahagia.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir).

Umar bin al-Khaththab pernah berkata, “Akan ada dari keturunanku seorang anak yang di wajahnya ada bekas luka. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan.” (Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam Tarikhnya). Maka benarlah apa yang menjadi perkiraan ayahnya.

Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab berkata, “Semoga ada salah seorang dari keturunanku yang memiliki gelar huruf yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dia diliputi dengan kelaliman.”

Dari Ibnu Umar, dia berkata, “Kita pernah berbicara bahwa dunia ini tidak akan runtuh sebelum ada seorang laki-laki yang memimpin dari kalangan keluarga Umar, yang berbuat sebagaimana Umar berbuat. Bilal bin Abdullah bin Umar memiliki tahi lalat di wajahnya. Orang-orang kemudian mengira bahwa orang yang dikatakan oleh Umar adalah dia. Hingga akhirnya Allah mendatangkan Umar bin Abdul Aziz.”

Dia telah berusaha menghafal Al-Qur’an sejak kecil. Kemudian ayahnya mengirimnya ke Madinah untuk belajar berbagai ilmu di sana. Dia banyak berguru kepada Ubaidillah bin Abdullah.

Tatkala ayahnya meninggal, Abdul Malik memintanya untuk datan ke Damaskus. Lalu dia dikawinkan dengan anaknya yang bernama Fathimah.

Sebelum menjadi khalifah, dia telah dikenal sebagai seorang yang sangat saleh. Hanya saja dia suka berfoya-foya. Maka orang-orang yang dekat dengannya tidak mencelanya kecuali kefoya-foyaan dan kesombongannya dalam berjalan.

Tatkala al-Walid menjadi khalifah, dia diangkat sebagai gubernur Madinah. Dia menjadi gubernur Madinah pada tahun 86 H hingga tahun 93 H, kemudian dia dipecat. Akhirnya datang kembali ke Damaskus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

20 − 16 =