Ulama dan Penjara
Ilustrasi
Imam Abu Hanifah ketika masuk penjara setelah dipukul dengan cambuk di depan Abu Ja’far Al-Manshur dan Ibnu Hubairah, ibunya menjenguknya di penjara. Suatu hari sang ibu berkata kepadanya, “Wahai Nu’man, seharusnya dengan ilmu yang kamu miliki, kamu tidak mendapatkan pukulan dan penjara, maka selamatkanlah dirimu darinya.” Dia menjawab, “Wahai ibuku, seandainya saya menginginkan dunia, saya sudah mencapainya, tetapi saya ingin agar Allah tahu bahwa saya mencari ilmu bukan untuk menjerumuskan diriku ke dalam kebinasaan.”
Ibnu Najim, Ibnu Qayyim dan ulama-ulama lainnya yang disebutkan di atas, semuanya pernah dipenjara oleh penguasa. Mereka menghabiskan waktunya selama dipenjara untuk menulis dan beribadah. Itulah contoh kongkrit dari sisi kehidupan para ulama dalam penjara para penguasa.
Semua itu mencerminkan adanya keimanan yang kuat yang terpancar dari jiwa para ulama yang bersih dan akal mereka yang cerdas, hingga mereka menjadi pribadi-pribadi Muslim yang handal, yang patut diacungkan jempol dan diikuti oleh seluruh umat Islam. Keadaan semacam ini akan terus berjalan hingga pada masa sesudah mereka. Tidak ada satu masapun, di mana ulama tidak mendapatkan tantangan dan cobaan di dalamnya hingga sekarang. [SR]
(Disadur dari kitab “Al Islam Bainal Ulama wal Hukkam”, Syekh Abdul Aziz Al Badri)
