Tuduhan AS soal Penjarahan Bantuan adalah Rekayasa untuk Membenarkan Pengepungan Gaza

 Tuduhan AS soal Penjarahan Bantuan adalah Rekayasa untuk Membenarkan Pengepungan Gaza

Ilustrasi

Gaza (Mediaislam.id) – Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, mengecam keras apa yang disebutnya sebagai “tuduhan palsu” yang dikeluarkan oleh Komando Pusat Amerika Serikat (USCENTCOM) terkait klaim adanya penjarahan terhadap truk bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.

Dilansir Pusat Informasi Palestina, Ahad (2/11), Hamas menegaskan bahwa klaim tersebut tidak berdasar dan muncul “dalam konteks upaya membenarkan pengurangan bantuan kemanusiaan yang sudah terbatas, sekaligus menutupi kegagalan komunitas internasional mengakhiri pengepungan dan kelaparan warga sipil Gaza.”

Gerakan tersebut menjelaskan bahwa aparat kepolisian dan pasukan keamanan Gaza telah mengorbankan lebih dari seribu martir dan ratusan lainnya terluka dalam menjalankan tugas nasional untuk mengamankan konvoi bantuan dan memastikan distribusi kepada warga yang membutuhkan.

Hamas juga menegaskan bahwa kekacauan dan penjarahan hanya terjadi setelah penarikan pasukan pendudukan Israel, dan berhenti segera setelahnya. Hal ini, menurut Hamas, membuktikan bahwa pendudukan Israel adalah pihak yang mensponsori kelompok-kelompok perusuh dan mengatur kekacauan selama keberadaannya di lapangan.

Pernyataan itu menambahkan bahwa tidak ada laporan maupun keluhan yang diajukan oleh lembaga internasional, organisasi lokal, ataupun para pengemudi konvoi bantuan terkait insiden yang dituduhkan. Karena itu, Hamas menyebut tuduhan Komando Pusat AS sebagai “skenario yang direkayasa untuk membenarkan kebijakan pengepungan dan pembatasan bantuan kemanusiaan.”

Lebih jauh, Hamas menuding bahwa pesawat tanpa awak (drone) Amerika yang mengklaim merekam video dugaan penjarahan justru “gagal mendokumentasikan kejahatan-kejahatan harian pendudukan Israel yang disaksikan seluruh dunia.”

Hamas juga memaparkan bahwa sejak perjanjian gencatan senjata dimulai, pasukan pendudukan telah membantai 254 warga Palestina, di mana 91 persen korban adalah warga sipil, termasuk 105 anak-anak, 37 perempuan, dan 9 lansia. Selain itu, 595 warga lainnya terluka, terdiri atas 199 anak-anak, 136 perempuan, dan 32 lansia.

Gerakan tersebut juga mengkritik keras sikap diam pemerintahan AS atas berbagai pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan setiap hari oleh Israel, termasuk perluasan wilayah pendudukan di luar Garis Hijau hingga lebih dari 35 kilometer persegi (sekitar 10 persen dari luas Jalur Gaza) serta penghancuran rumah-rumah warga sipil yang terus berlangsung.

Selain itu, Hamas melaporkan bahwa Israel hanya mengizinkan 9,4 persen dari total bahan bakar yang disepakati untuk masuk ke Gaza, sambil terus mengontrol masuknya bahan pangan esensial, seperti telur, ayam, dan daging, yang telah dirampas dari warga sipil selama dua tahun terakhir.

Sementara itu, rata-rata hanya 135 truk bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza setiap hari, sedangkan sisanya adalah truk komersial yang tidak dapat dijangkau sebagian besar warga akibat memburuknya situasi ekonomi.

Di akhir pernyataannya, Hamas menegaskan bahwa pemerintah Amerika Serikat sepenuhnya berpihak pada pendudukan Israel dan mengadopsi narasi medianya.

“Yang dibutuhkan Washington bukanlah lebih banyak drone untuk mendokumentasikan adegan yang direkayasa, melainkan sedikit kesadaran kemanusiaan dan tanggung jawab politik untuk memaksa Israel menghentikan agresinya serta menghormati perjanjian internasional.” ungkap mereka. [ ]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

fourteen − 11 =