Tragedi Abrahah Al-Habsyi

 Tragedi Abrahah Al-Habsyi

Ilustrasi: Abrahah

“Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong.” Yang dimaksud dengan berbondong-bondong ialah berkelompok-kelompok di sana sini. Kata Sa’id bin Jubair, “Burung itu berasal dari langit, dan sebelumnya tidak ada orang yang pernah melihatnya.” Kata Qatadah, “Burung itu berwarna hitam yang darang dari laut secara berbondong-bondong. Masing-masing membawa tiga buah batu; dua batu digenggam di sepasang kakinya, dan yang satu lagi digigit dengan paruhnya. Benda apa pun yang terkena batu itu pasti hancur lebur seketika.”

Ada yang mengatakan, burung itu dari laut berwarna hijau dan memiliki kepala seperti srigala. Bahkan ada yang mengatakan burung ini punya belalai seperti belalai burung-burung biasa dan punya telapak tangan seperti anjing.

“Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar.” Kata Az-Zujaj, “Menurut para ulama ahli tafsir, baru yang dilemparkan itu berasal dari tanah yang dibakar dengan api neraka Jahannam, dan masing-masing sudah ada nama-nama kaum kafir tersebut.”

Kata Abdurrahman bin Abzi, “Batu itu adalah batu yang pernah diturunkan kepada kaum Luth.”

Kata Ikrimah, “Burung-burung itu melempari mereka dengan batu yang dibawanya. Setiap kali ada salah seorang mereka yang terkena batu itu, langsung keluar bisul-bisul yang sangat mengerikan dan bukan main sakitnya. Batu itu kira-kira sebesar adas.”

Ada yang mengatakan, setiap kali batu itu mengenai kepala salah seorang pasukan bergajah, daging dan darahnya langsung hilang sehingga yang tinggal hanya tulang-tulang belaka tanpa daging, tanpa darah, dan tanpa kulit sama sekali.

“Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” Dengan kata lain, Allah menjadi pasukan bergajah itu seperti daun-daun tanaman yang dimakan ulat sehingga rapuh dan hancur dari bagian bawah. Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan “seperti daun-daun yang dimakan ulat”, adalah seperti buah tin.

Semoga Allah merahmati Imam Hasan Al-Bashri ketika ia mengatakan, “Sekalipun mereka naik seekor bighal yang kencang larinya atau ditarik oleh kuda tarik, tetapi kehinaan maksiat tidak bisa lepas dari hati mereka. Allah pasti akan menghinakan orang yang berani durhaka kepada-Nya.” []

Sumber: Sa’ad Yusuf Abu Aziz. Kisah Akhir Hayat Orang-Orang Zalim (terjemahan). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2024.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 5 =