Tiga Kunci Perubahan Masyarakat dan Peran Kita
Ilustrasi
Allah berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 41: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar),” (TQS. Ar-Rum: 41).
Selaras dengan firman-Nya dalam ayat yang lain: “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta,” (TQS. Taha: 124).
Berbagai kesengsaraan dan kesempitan hidup ini tidak lain adalah akibat berpalingnya kita dari aturan Sang Pencipta, yakni syari’at Islam yang sempurna, the only true way of life.
Maka inilah peran kita yang utama, mewujudkan kesadaran umat terkait kondisinya yang tidak baik-baik saja, serta menjelaskan akar masalah yang mendasarinya. Lantas menjelaskan bagaimana pengaturan kehidupan yang sempurna. Pengaturan kehidupan sebagaimana yang pernah ter-install dan berjaya memimpin sebuah peradaban tidak kurang dari 1300 tahun lamanya. Sebuah peradaban di bawah kekuasaan Islam. Kehidupan seperti inilah yang sejatinya musti diimpikan dan diperjuangkan. Peradaban agung yang telah menguasai 2/3 dunia dengan kedamaian dan kesejahteraan.
Menjadi kewajiban bagi setiap muslim hari ini untuk berupaya bersungguh-sungguh membangun kesadaran masyarakat untuk segera beralih kepada sistem kehidupan Islam. Selain juga menjelaskan metode untuk mewujudkannya, yakni sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ dalam mewujudkan Daulah Islam di Madinah. Ini menjadi sangat urgen mengingat misi pencitaan manusia sedari awal kejadiannya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 30: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,” (TQS. Al-Baqarah: 30).
Misi kita bani Adam di bumi ini adalah sebagai “khalifah fil ardh”. Menggantikan (mewakili) Allah mengelola bumi, yang sudah barang pasti tidak dengan peraturan lain selain dengan syariat-Nya yang sempurna. Tentu pada akhirnya, penerapan seluruh syari’at Islam memang tidak akan bisa dilepaskan dari keberadaan negara yang berasaskan aqidah Islam. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, bahwa agama dan kekuasaan itu adalah saudara kembar. Agama adalah pondasinya, sementara kekuasaan adalah penjaganya. Sesuatu tanpa pondasi akan hancur, sesuatu tanpa penjaga akan hilang.
Maka inilah peran kita, menyampaikan kebenaran Islam, menjadi pejuang pelanjut kehidupan Islam. Islam adalah jawaban. Islam layak memimpin dunia, sebab faktanya ia bukan hanya sebuah agama yang mengatur ibadah ritual, melainkan sebuah ideologi. Tiadalah kesempurnaan sistem kehidupan melainkan hanya bisa ditemukan pada Islam yang berasal dari Sang Pencipta, untuk seluruh dunia. Hadanallahu waiyyakum. Wallahua’lam bish-showaab.[]
Muntik A. Hidayah, Koordinator BMIC Malang dan Pegiat Literasi
