Tiga Kondisi Turunnya Wahyu kepada Rasulullah Saw
Ilustrasi: Membaca Al-Qur’an. [foto: pixabay.com]
Sunnah Nabawiyyah telah menyebutkan bentuk-bentuk dari kondisi wahyu yang diturunkan kepada Nabi saw. Dan bentuk yang paling berat bagi Nabi Saw adalah turunnya wahyu seperti bunyi gemerincing lonceng sehingga beliau roboh karenanya. Beliau menyadari apa yang dikatakan (oleh Allah SWT). Berkata Aisyah ra: “Sungguh aku pernah melihat wahyu turun kepadanya pada hari yang sangat dingin, sehingga beliau roboh/pingsan karenanya, dan keringat bercucuran dari keningnya”.
Ayat al-Muzammil telah menyebutkan mengenal hal itu:
اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا
Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. (QS. Al-Muzammil: 5)
Apabila wahyu turun pada saat Rasulullah Saw sedang mengendarai unta, maka untanya mendekam ke bumi. Suatu kali wahyu turun kepadanya, sedangkan ketika itu paha beliau berada di atas paha Zaid dan terasa sangat berat karenanya sampai-sampai seperti menghimpitnya? (Lihat Shahih Bukhari, Bab Kaifa Kaana Bud’ul Wahyi)
Di antara bentuk-bentuk dari kondisi Ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Aisyah ra dari Nabi saw, ketika turun wahyu kepada beliau di Gua Hira. Aisyah berkata: “Maka malaikat datang kepadanya seraya berkata: “Iqra (bacalah)”. Beliau berkata: ‘Aku tidak dapat membaca’. Beliau berkata: Maka malaikat Itu mendekapku sehingga terasa sesak, lalu melepaskanku, kemudian berkata: “Iqra (bacalah)’. Maka aku berkata: “Aku tidak dapat membaca’, Kemudian dia mendekapku sekali lagi sampal aku merasa sesak, lalu dia melepaskanku dan berkata: “Iqra (bacalah).” (Lihat Surat Al-Alaq: 1-5)
Bentuk turunnya wahyu yang paling ringan bagi Rasulullah Saw adalah ketika Jibril mendatangi beliau saw dalam bentuk seorang laki-laki, sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi Saw: “Dan kadang-kadang malaikat datang kepadaku dengan menyerupai seorang laki-laki dan berbicara kepadaku, sehingga aku menyadari (memahami) apa yang dikatakannya.” Abu Awwanah menambahkan bahwa hal ini adalah bentuk yang paling mudah bagi beliau.
Umar bin Khaththab telah meriwayatkan tentang turunnya Jibril dalam bentuk seorang laki-laki. Dia berkata: “Ketika suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Saw, datang seorang laki-laki yang berpakaian dengan pakaian berwarna putih bersih dan rambutnya sangat hitam legam, tidak terlihat di wajahnya bekas-bekas perjalanan dan tidak ada satu pun dari kami yang mengenalinya, sampai kemudian dia duduk di hadapan Nabi Saw dan dia menyandarkan kedua lututnya kepada kedua lutut Nabi Saw. Dia meletakkan kedua tangannya di atas paha beliau seraya berkata: “Wahal Muhammad, beritahukan kepada kami tentang Islam’. Maka Rasulullah Saw menjawabnya. Setelah laki-laki itu selesai dengan pertanyaannya dan mendengarkan jawabannya, Umar bin Khaththab berkata: Kemudian laki-laki itu pergi dan sejenak kemudian Rasulullah bersabda: “Wahai Umar, apakah engkau tahu siapa orang yang bertanya tadi”? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahut’. Beliau berkata: “Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian.” (HR Muslim).
Demikian tampak jelaslah bagi kita tentang kondisi-kondisi diturunkannya wahyu dan bentuk-bentuk penyampaian wahyu dari Allah kepada Rasulullah Saw. Kondisi itu hanya ada tiga macam, tidak ada yang keempat, berdasarkan penelitian dan pengetahuan. Wallahu a’lam. [SR]
