Sungguh Beruntung Orang yang Menyucikan Diri

 Sungguh Beruntung Orang yang Menyucikan Diri

Ilustrasi

“Menyucikan diri” maksudnya adalah bersuci dan dampaknya.

Dengan bersuci, jarak kepada Allah menjadi pendek dan masa yang jauh berakhir.

“Menyucikan diri” karena dosa menghancurkan semua padang rumput, sehingga setiap usaha menyucikan diri seolah-olah fatamorgana,

“Menyucikan diri” maksudnya adalah singkirkanlah dosa sebelum dosa yang lama menyingkirkannya. Ada pepatah yang mengatakan, “Dosa akan datang kembali untuk menuntut pembayaran hutang lama.”

“Menyucikan diri” karena takwa adalah jenis konsekeunsi yang paling ringan. Banyak sekali orang berdosa yang melawan godaannya. Menaiki tangga meski kaki Anda sakit lebih mudah daripada menuruni tangga kemudian Anda terkejut karena neraka telah mendidih di bawah kaki Anda.

“Menyucikan diri” karena dosa-dosa tersembunyi memiliki rayapan yang didengar oleh Dia yang “mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.” (Al-A’la: 7)

Dia memiliki konsekuensi tersembunyi yang mengikis fondasi, sehingga jika langit-langit runtuh menimpa pemiliknya dan fondasinya jatuh, dia khawatir dan tidak menemukan apa pun kecuali tungau dosa-dosanya yang menyantap makanan hari-harinya.

Para pendahulu telah memahami bahwa Allah ingin mereka menyucikan diri dari perbuatan buruk sebelum mereka melipatgandakan perbuatan baik. Oleh karena itu, ketika salah satu pendahulu melihat gadis kecilnya menangis saat ia sekarat, dia memandangnya dan berkata, “Putriku, demi Allah, sejak aku masuk Islam, lidahku tidak pernah mengucapkan dosa.”

Itulah manusia yang hatinya mengerti maksud firman Allah, “Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri.” (Al-A’la: 14) Karena keberuntungan adalah nasib akhir orang yang menyucikan diri.[]

Sumber: Dr. Kifah Abu Hanud, Membangun Manusia Berbasis Al-Qur’an. (terjemah). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2023.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

thirteen − 2 =