Sungguh Beruntung Orang yang Menyucikan Diri
Ilustrasi
AL-QUR’AN unik dalam mengungkapkan makna kesuksesan yaitu dengan kata Al-Falah karena Al-Falah bermakna kelangsungan hidup yang permanen.
Al-Falah adalah makna yang terkait dengan bumi, dengan benih yang tersembunyi di dalam rahim tanah, kemudian taman-taman kecil yang lengkap isinya merayakannya dari waktu ke waktu, meski malam agak panjang.
Al-Falah adalah makna dalam Al-Qur’an yang membawa Anda ke hari esok, bahkan jika kehadiran Anda sudah usang. Benih itu akan segera mekar, dikenali dari garis tangan Anda yang dicari dalam kesunyian yang panjang.
“Sungguh beruntung.” Kata “sungguh” berfungsi untuk afirmasi dan konfirmasi, sehingga jubah penerimaan ditenun di atas telinga Anda, dan musim panen akan menulis usaha Anda sebagai kehidupan yang panjang selama beberapa musim, di atas embun beku, dan di atas kekeringan yang hampir membakar Anda.
Keberuntungan Bukan Kesuksesan
Al-Qur’an tidak menyatakan, “Sungguh sukses orang yang menyucikan diri” karena jarak antara makna “sukses” dan makna “beruntung” seperti jarak antara ladang yang tandus dan ladang yang tidak mengenal penuaan.
Setelah beruntung selalu datang penerimaan, dan penerimaan adalah makna yang memendam misteri ilahi. Ada yang mengatakan, “Jika seruan dari Allah untuk mencintai hamba telah diumumkan, maka semua jiwa pasti menerimanya.” Begitulah tanpa penjelasan, logika atau alasan, hanya karena Allah membuatnya diterima di bumi. Ini cukup, cukup bagi para pendahulu untuk mengucapkan kata-kata mereka yang mendalam setelah itu, “Wahai yang diterima, selamat untukmu; wahai yang ditolak, semoga Allah memperbaiki kemalanganmu.” Cukup bagi Ali untuk mengatakan, “Jangan khawatir dengan amal yang kurang, tapi perhatikanlah amal yang diterima.”
Ungkapan “menyucikan diri” dalam firman Allah, “Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri” (Al-A’la: 6) merupakan kosa kata baru. Menyucikan diri (Az-Zakah) adalah makna yang mengandung janji pertumbuhan, dan di atas pertumbuhan ada tambahan pemberian sehingga keseluruhan ayat tampil sebagai adegan meriah yang memacu detak umur yang terbatas.
Keberuntungan, panen, dan pertumbuhan adalah hasil orang yang menyucikan diri, yaitu orang yang membawa sabit dan kemudian menghampiri duri dan mencabutnya dari relung jiwa.
“Menyucikan diri” artinya membersihkan diri, kemudian dia terus melakukan banyak pembersihan dan “Allah menyukai orang-orang yang bersih” (At-Taubah: 108)
