Sumbangsih Peradaban Islam pada Perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi

 Sumbangsih Peradaban Islam pada Perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi

PERKEMBANGAN ilmu kesehatan dan kedokteran gigi saat ini tidak bisa lepas dari peran peradaban Islam. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagian suri teladan memberikan contoh perilaku hidup sehat. Termasuk kesehatan mulut dan gigi.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda: ”Seandainya tidak akan merepotkan umatku, maka aku akan perintahkan kepada mereka untuk membersihkan gigi pada setiap akan shalat.”(HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membersihkan mulut dan gigi dengan cara bersiwak. Bersiwak merupakan menggosok gigi yang dicontohkan Nabi, sehingga bersiwak adalah termasuk menjalankan sunah Rasulullah.

Dalam hadits ‘Aisyah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:

السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ

“Siwak membuat bersih mulut dan mendatangkan ridha Allah.” (HR. Ahmad)

Berbagai penelitian modern telah membuktikan. Membersihkan gigi dengan bersiwak, menghilangkan sisa makanan di sela-sela gigi setelah makan, kemudian berkumur dalam wudu dapat menjaga mulut dan tenggorokan dari radang dan menjaga gusi.

Siwak yang diyakini mampu menjaga kesehatan gigi dan mulut mengandung berbagai zat alami. Di antaranya alkaloid, silika, sodium bikarbonat, chloride, dan fluoride. Selain itu, siwak juga mengandung bahan alami lain, seperti vitamin C, kalsium, sulfur, essential oil, dan tannin. Siwak atau miswak adalah batang kayu atau ranting dari kayu arak (Salvador Persica), kayu ini tergolong semak belukar di Negara Timur Tengah dan beberapa Negara Afrika.

Peran Ilmuwan Muslim

Menjaga kesehatan mulut dan gigi diyakini dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Berawal dari sunah bersiwak ini, para dokter Muslim di era keemasan terdorong untuk turut mengembangkan ilmu kedokteran gigi (dentistry).

Ilmu kedokteran gigi berkembang pesat pada masa keemasan peradaban Islam. Henry W Noble (2002) dalam Tooth transplantation: a controversial story, History of Dentistry Research Group, Scottish Society for the History of Medicine mengakui bahwa para dokter Muslim di zaman kekhalifahan merupakan perintis dalam pengembangan ilmu kedokteran gigi.

Ibnu Sina adalah ilmuwan Muslim yang turut memiliki andil bagi perkembangan ilmu kedokteran gigi. Bapak kedokteran Islam ini mengkhususkan banyak bab dalam bukunya berbicara tentang kedokteran gigi restoratif. Ibnu Sina mengisi gigi karies dengan cemara, rumput, mur, gallnut, belerang kuning, lada, kamfer, dan juga obat untuk melawan rasa sakit, seperti aplikasi susu serigala dan arsenik dari temuan al-Gazzar. Arseniknya direbus dengan minyak harus menetes ke dalam karies gigi.

Salma Almahdi (2003) dalam tulisannya berjudul Muslim Scholar Contribution in Restorative Dentistry yang dimuat dalam Journal of the International Society for the History of Islamic Medicine mengingkap peran dokter Muslim dalam perkembangan kedokteran gigi. Menurut Almahdi, dokter gigi Muslim dari abad ke-10 M lainnya yang mengembangkan dentistry adalah Abu Gaafar Amed ibnu Ibrahim ibnu Abi Halid al-Gazzar.

Dokter gigi asal Afrika Utara itu memaparkan metode perbaikan gigi secara detail dalam Kitab Zad al-Musafir wa qut al-Hadir. Kitab itu lalu diterjemahkan ke dalam bahasa latin sebagai Viaticum oleh Constantine the African di Universitas Salerno – yang berada di Selatan Italia. Kitab yang ditulis Al-Gazzar merupakan yang pertama yang mengupas tentang perawatan gigi busuk/rusak.

Kontribusi peradaban Islam lainnya yang tak kalah penting dalam kedokteran gigi diberikan oleh Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ar-Razi. Dokter legendaris di era keemasan peradaban Islam itu juga secara khusus mengembangkan perawatan kesehatan gigi. Ar-Razi terbilang sebagai dokter Muslim pertama yang memberi sumbangan bagi ilmu kedokteran gigi.

Menurut Almahdi, Ar-Razi mencoba merekomendasikan metode yang dikembangkan Galen – dokter dari peradaban Yunani – dalam melepas gigi rusak dengan cara dibor. Untuk mengurangi rasa sakit saat gigi dibor, dokter terkemuka di kota Baghdad itu menganjurkan agar lubang gigi ditetesi minyak.

Peradaban Barat baru mulai mengembangkan ilmu kedokteran gigi secara khusus pada abad ke-17 M. Buku pertama tentang ilmu kedokteran gigi di Barat baru hadir tahun 1530 M bertajuk “Artzney Buchlein”. Buku teks kedokteran gigi dalam bahasa Inggris baru muncul tahun 1685 karya Charles Allen berjudul Operator for the Teeth.

Bahkan, masyarakat Amerika baru mengenal adanya dokter gigi pada abad ke-18 M.*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

seven + 20 =