Sepuluh Watak Buruk Yahudi Menurut Al-Quran
KH Bachtiar Nasir
Al-Qur’an secara tegas mengungkapkan berbagai sifat buruk yang dimiliki oleh kaum Yahudi pada zaman para nabi. Sifat-sifat ini bukan hanya mencerminkan perilaku mereka terhadap para nabi, tetapi juga menggambarkan sikap mereka terhadap Allah dan syariat-Nya. Berikut ini di beberapa sifat buruk kaum Yahudi yang diungkapkan dalam Al-Qur’an beserta contoh pengkhianatan mereka di masa kenabian.
Pertama, suka mencampur haq dan batil serta menyembunyikan kebenaran.
“Wahai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?” (QS. Ali Imran [31]: 71)
Mengenai sebab turunnya ayat ini, dalam kitab “Lubaabun Nuquul” karya Imam As-Suyuthi diceritakan: Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa Abdullah bin Ash-Sayf, Adi bin Zaid, dan Al-Harits bin Auf berkata satu sama lain, “Mari kita beriman dengan apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad dan para sahabatnya di pagi hari, dan kita kafir padanya di sore hari sehingga kita bisa membuat mereka bingung dengan agama mereka. Mungkin mereka akan melakukan seperti yang kita lakukan sehingga mereka kembali dari agama mereka.” Kemudian turunlah ayat tersebut.
Kedua, berkhianat, curang, dan menipu.
Mereka pernah mengkhianati Nabi Musa sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 51: “Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.”
Dalam keterangan Surah Al-Hasyr ayat 2, mereka sampai diusir dari Madinah
akibat dari pengkhianatan terhadap Piagam Madinah.
“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama kali. Kamu tidak menyangka bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.”
Pada masa Nabi Muhammad, watak buruk orang Yahudi yang suka berkhianat ternyata tidak hilang. Berikut ini ada beberapa contoh dari sirah nabawiyah:
1. Pengkhianatan Bani Qainuqa`
Berawal dari pelecehan orang Yahudi kepada seorang muslimah yang dilihat oleh seorang muslim yang kemudian membunuh orang yang melecehkannya. Muslim tersebut kemudian dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Nabi صلى الله عليه وسلم pun mengingatkan mereka terkait Piagam Madinah, namun mereka malah menantangnya.
Mereka berkata, “Wahai Muhammad, janganlah engkau terpedaya oleh dirimu sendiri karena engkau telah membunuh beberapa orang dari Quraisy yang masih muda dan tidak mengetahui cara berperang. Sesungguhnya, jika engkau melawan kami, engkau akan mengetahui bahwa kami adalah orang-orang (yang sebenarnya).”
Lalu Allah menurunkan ayat: “Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu kaum, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS. Al-Anfal [8]: 58).
2. Pengkhianatan Bani Nadhir
Terjadi setelah enam bulan dari perang Badar atau setelah perang Uhud. Mereka merencanakan untuk membunuh Nabi صلى الله عليه وسلم atas dorongan dan hasutan orang musyrik Mekkah. Namun, rencana mereka terungkap sehingga mereka diusir dari Madinah.
3. Pengkhianatan Bani Quraizhah.
Terjadi ketika Madinah dikepung oleh pasukan sekutu dalam perang Ahzab atau
Khandaq.
4. Menghadiahi Nabi صلى الله عليه وسلم Kambing yang sudah diracun setelah Khaibar diitaklukkan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa setelah Khaibar ditaklukkan, Rasulullah صلى الله عليه وسلم diberi hadiah daging kambing yang telah diracun.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم kemudian mengumpulkan orang-orang Yahudi dan bertanya apakah mereka mau jujur. Mereka menjawab “Ya, wahai Abu Qasim.”
Beliau bertanya, “Siapa ayah kalian?” Mereka menyebutkan nama seseorang, namun Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakan bahwa mereka berdusta dan menyebut nama ayah mereka yang sebenarnya. Mereka mengakui kebenarannya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bertanya lagi, “Siapakah penduduk neraka itu?” Mereka menjawab bahwa mereka akan tinggal di dalamnya sebentar saja kemudian akan
digantikan oleh orang lain. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menegaskan bahwa kaum muslimin tidak akan menggantikan mereka di neraka selamanya. Kemudian, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bertanya apakah mereka menaruh racun pada daging kambing tersebut. Mereka mengakui perbuatan itu dan menjelaskan bahwa mereka ingin memastikan jika Rasulullah صلى الله عليه وسلم seorang pendusta, racun itu akan membunuhnya, tetapi jika beliau seorang Nabi, racun itu tidak akan mencelakakannya. (HR. Ahmad).
Berbagai kisah ini menunjukkan bahwa sifat khianat orang Yahudi begitu mengakar dalam hati mereka. Demi menggapai keinginan, mereka akan melakukan segala cara.
Watak buruk Yahudi yang ketiga adalah dengki. Allah berfirman: “Sebagian besar dari Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (Al-Baqarah [2]: 109).
Keempat, membuat kerusakan, menebar fitnah dan kekacauan.
“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Tangan Allah terbelenggu,’ sebenarnya tangan merekalah
yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan di antara mereka. Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap kali mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-Maidah [5]: 64)
Kelima, mengubah syariat Allah.
“Karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya.” (QS. Al-Maidah [5]: 13).
Keenam, merendahkan orang lain.
“Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu percayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: ‘Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi.’ Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka
mengetahui.” (QS. Ali Imran [3]: 75).
Ketujuh, hati yang keras dan tidak mau menerima kebenaran.
Allah berfirman: “Maka disebabkan mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (QS. Al-Maidah [5]: 13).
Dalam ayat lain disebutkan: “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS. Al-Baqarah [2]: 74).
Kedelapan, tamak dan cinta dunia.
Allah berfirman: “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka manusia yang paling tamak kepada kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 96).
Kesembilan, benci terhadap kaum muslimin dan senantiasa membuat tipu daya.
Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS. Al-Maidah [5]: 82)
Kesepuluh, sering membunuh Nabi-Nabi mereka.
Allah berfirman: “dan (mereka) membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas..” (QS. Al-Baqarah: 61)
Bayangkan! Para nabi mereka saja banyak dibunuh apalagi kalau kedudukannya di
bawah Nabi, pasti akan ditindak secara sewenang-wenang.
Dalam kitab “Rasa’il min al-Qur’an” digambarkan watak buruk Yahudi.
“Mereka itulah orang-orang Yahudi, yang paling banyak memiliki nabi dan paling sedikit imannya. Musa `alaihis salam menyeberangkan mereka melintasi laut, dan sebelum kaki mereka kering, mereka berkata kepadanya ketika melihat suatu kaum yang menyembah berhala mereka: “Buatlah untuk kami Tuhan sebagaimana mereka memiliki Tuhan-tuhan.
“Allah meninggikan gunung di atas mereka sebagai naungan, namun mereka mengingkari. Allah menurunkan emas kepada mereka, namun mereka kufur. Allah mengutus Talut kepada mereka, namun mereka membelot darinya kecuali sedikit. Allah mengutus nabi-nabi kepada mereka berturut-turut; maka sekelompok dari mereka dibunuh, dan sekelompok lainnya didustakan.”
Peristiwa pengkhianatan dan kekejaman kaum Yahudi bukan hanya terjadi di masa lalu. Sebagai contoh, beberapa hari ini terjadi kasus pembunuhan Ismail Haniyah, Ketua Biro Politik Hamas, yang dilakukan oleh Israel. Pembunuhan ini menunjukkan bahwa watak buruk Yahudi masih terus berlanjut hingga sekarang, yaitu: suka membunuh.
Samih Audah, penulis pakar Palestina, dalam artikelnya di Aljazeera (31/07/2024)
menjelaskan bahwa pembunuhan ini adalah bagian dari kebijakan militer Israel yang sering menargetkan tokoh-tokoh Hamas seperti Syekh Ahmad Yasin, Abdel Aziz Rantisi, Ahmed Jabari, dan lainnya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari strategi mereka untuk menghapuskan perlawanan Palestina dan mempertahankan dominasi mereka.
Dengan mengetahui sejarah dan ideologi di balik tindakan Israel, kita dapat melihat bahwa pembunuhan terhadap pemimpin Palestina merupakan bagian dari upaya untuk mematahkan semangat perlawanan rakyat Palestina dan menekan gerakan perlawanan terhadap pendudukan mereka. Pembunuhan ini dilakukan sebagai bagian dari strategi yang lebih besar untuk menjaga dominasi Israel di wilayah tersebut Sifat-sifat buruk yang digambarkan dalam Al-Qur’an ini memberikan kita wawasan tentang perilaku dan sikap kaum Yahudi pada masa lampau. Dengan memahami sifat-sifat ini, kita diingatkan untuk selalu waspada dan menjaga keimanan kita dari perilaku dan sifat yang buruk.
Melalui riwayat hadits Abu Sa’id Al-Khudri, Nabi pernah memperingatkan: “Sungguh, engkau akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, hingga kalaulah mereka masuk liang biawak, niscaya kalian mengikuti mereka.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, Yahudi dan nasranikah?”
Nabi menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Bukhari, Muslim) Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat yang tidak diridhai oleh Allah sebagaimana yang dimiliki orang Yahudi dan selalu berada dalam jalan yang lurus.*
