Sentimen Anti-Muslim di Inggris Meningkat

 Sentimen Anti-Muslim di Inggris Meningkat

Ilustrasi: Muslim di Eropa. [Reuters]

Tell Mama mengatakan bahwa perubahan tersebut mencerminkan “dampak yang mendalam dari stereotip berbahaya yang memicu perpecahan masyarakat dan memperkuat gagasan salah tentang identitas Muslim”.

Serangan anti-Muslim melonjak di Britania Raya setelah pembunuhan Southport yang terjadi pada Juli lalu serta pecahnya konflik Israel-Gaza pada Oktober 2023.

Menurut laporan tersebut, lebih dari setengah insiden Islamofobia daring atau online tahun lalu terjadi setelah tiga perempuan muda dibunuh di kelas dansa di Southport. Mayoritas dari insiden ini terjadi di platform media sosial X.

Setelah pembunuhan tersebut, disinformasi tentang identitas pelaku menyebar secara daring dan memicu kerusuhan sipil yang meluas di seluruh negara Eropa Barat itu.

Pelaku pembunuhan, Axel Rudakubana, pemuda berusia 18 tahun yang lahir di Cardiff dari keluarga Rwanda yang menetap di Inggris, kini tengah menjalani hukuman minimal 52 tahun penjara.

Tell Mama mengatakan terjadi “lonjakan retorika yang keliru menggambarkan Muslim sebagai teroris atau simpatisan teroris” sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023 terhadap Israel dan kerusuhan pada 2024 yang dipicu pembunuhan Southport.

Direktur Tell Mama, Iman Atta, mendesak pemerintah segera mengambil langkah-langkah tegas dan menyeluruh untuk menanggapi lonjakan Islamofobia ini.

“Kebencian anti-Muslim terus dirasakan oleh semakin banyak Muslim Inggris, baik di tingkat jalanan maupun daring. Dukungan terhadap korban kebencian anti-Muslim sangat dibutuhkan sekarang…lebih dari yang sudah-sudah.”

Iman Atta mengimbau publik agar “bersatu melawan kebencian dan ekstremisme”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

7 + 12 =