Selingkuh Jadi Lumrah, Bikin Takut Nikah?

Ilustrasi
AKHIR-AKHIR ini viral berbagai berita perselingkuhan di media sosial. Munculnya kasus perselingkuhan ini menjadi berita yang memiliki engagement yang sangat tinggi karena banyak yang mrmbongkar kasus perselingkuhan ini adalah para korban.
Di dunia hiburan misalnya, ada seorang istri yang membongkar perselingkuhan suaminya di akun Instagram pribadinya dan ternyata ini bukan kasus perselingkuhan yang kali pertama dilakukannya. Tidak lama setelahnya muncul kembali kasus perselingkuhan artis yang lain, Ia mengungkapkan bahwa sudah lama dia dan mengetahui suaminya memiliki hubungan dengan wanita yang saat ini menjadi lawan mainnya.
Ini masih dua kasus yang terlihat karena korban dan pelaku adalah tokoh di dunia hiburan. Bagaimana kasus-kasus yang terjadi di keluarga biasa? Tentu saja banyak juga yang terjadi. Ternyata kasus perselingkuhan yang marak ini memberikan efek kepada kehidupan anak-anak muda dalam memandang kehidupan pernikahan. Banyak dari mereka menjadi khawatir bahkan takut untuk melangkahkan kaki ke jenjang pernikahan. Pertanyaan demi pertanyaan terus muncul, seperti “Apakah saya akan mengalami hal yang sama?” “Apakah rumah tangga saya akan baik-baik saja”, atau “Apakah kelak ada orang ketiga di rumah tangga saya” dan masih banyk yang lainnya. Mungkin ada juga yang memilih tidak menikah dari pada nanti akan diselingkuhi juga.
Kasus yang beberapa kali viral kasus yang korbannya wanita, namun bagaimana dengan korban dari pihak laki-laki? Tentu saja ada. Pada akhirnya kasus ini berakhir pada perceraian, lalu siapa korban selanjutnya? Yup! Anak, anak akan menjadi korban dari permasalahan orang tuanya. Sehingga banyak juga anak-anak remaja saat ini yang mengalami salah pengasuhan, kurang kasih saying ayah atau ibu, atau trauma akibat dari permasalahan orang tua nya. Efek domino dari kasus perselingkuhan ini sebenarnya sangat banyak dan seharusnya sudah bisa menjadi perhatian bagi kita semua untuk menghindari atau lebih memperhatikan gaya pergaulan saat sebelum dan sesudah menikah.
Permasalahan perselingkuhan ini bukan muncul begitu saja, namun ada permasalahn mendasar yang menjadi sumber permasalahan maraknya fenomena selingkuh. Liberal, kondisi tatanan sosial yang bebas, tidak memperdulikan batasan halal ataupun halal dari apa yang Ia lakukan. Pergaulan yang bebas antara laki-laki dan perempuan, bebas bercengkrama atau melakukan hal-hal yang tidak dibolehkan hukum syara.
Lihatlah bagaimana konten-konten pornografi yang mampu merangsang jinsiah manusia, yang konten tersebut dapat diakses dengan mudah dan bebas. Iklan-iklan wanita yang menjual dirinya di berbagai media sosial juga, bebas diakses dan mudah sekali dijangkau yang bisa mempermudah nafsu syahwat bangkit pada akhirnya perzinaan pun terjadi, baik dari mereka yang sudah punya keluarga maupun yang belum.
Bisa dikatakan jauhnya tatanan masyarakat saat ini dari aturan Allah menjadikan masyarakat hanya melakukan apa yang ia sukai demi memenuhi hawa nafsunya saja. Paham sekularisme menjadikan kehidupan ini jauh dari aturan Allah SWT, lahirnya liberalism dan pemahaman lainnya yang menjadikan hawa nafsu dan keinginan manusia adalah tujuan utama. Hal ini juga mempengaruhi pola pikir masyarakat memandang pernikahan, peran suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga. Peran suami menjadi qowwam (pemimpin) rumah tangga, memimpin istri, menjaga dan menuntun keluarganya agar tetap pada batas-batas syariat.
Namun kenyataannya, peran tersebut mulai memudar. Begitu pula peran istri, sebagai ummun wa rabbatul bait, sebagai manager keluarga yang mengurusi kebutuhan di rumah, anak dan suami. Inipun mulai memudar. Semua mulai memudar akibat jauhnya tatanan kehidupan kita dari aturan yang sesuai fitrah, yaitu aturan Allah SWT. Sistem kehidupan sekuler ini juga menjadikan pemenuhan kebahagiaan hanya pada sifat jasadiah saja, hal-hal yang terlihat, yang bersifat materi. Sedangkan ruhiyah-nya kosong, kurangnya pemahaman tentang kebahagiaan yang hakiki dan semakin jauhlah hidup kita dari Allah SWT.
“… Mereka adalah pakaian untuk kamu dan kamu adalah pakaian untuk mereka. …” (QS. Al-Baqarah 187)
Suami dan istri memiliki tanggung yang sama, sama-sama saling menjaga satu sama lain dalam hal apa pun, memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun rumah tangganya. Menjalankan peran masing-masing sesuai dengan porsinya dan saling membantu jika salah satunya membutuhkan. Tapi, di sistem saat ini, banyak dari suami dan istri saling mempermasalahkan perannya masing-masing karena ada kekeliruan dalam menjalankan peran. Misalnya saja, peran istri yang harus mengurus rumah, melayani suami, mengurus anak, itu harus dilakukan semuanya oleh Istri dan tugas suami hanya mencari nafkah, tidak ada kerja sama di dalam pengurusan rumah tanga dan kepengurusan anak di sini.