Selamatkan Pemuda dari Bahaya Narkoba

Ilustrasi: Tolak Narkoba!
Narkoba menjadi bisnis yang menguntungkan (lucrative business) bagi sindikat internasional. BNN mencatat sekitar Rp30 sampai dengan Rp40 triliunan dihasilkan dari peredaran gelap narkoba di Indonesia setiap tahunnya.
Mirisnya, data BNN pun menunjukkan bahwa 70% pengguna tersebut, rata-rata masuk dalam rentang usia produktif, yakni 15—65 tahun. Sebanyak 27% di antaranya adalah kalangan remaja.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahkan menemukan bahwa pada 2021, angka coba pakai narkoba di kalangan remaja mencapai 57% dari total penyalahgunaan narkoba. Sementara itu, dari sekian banyak anak yang terjerat kasus narkotika, 82,4% berstatus pemakai; 47,1% berperan sebagai pengedar; dan 31,4% sebagai kurir.
Itu artinya, penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan dapat mengancam kelangsungan hidup negeri ini di kemudian hari, karena sebagian pemuda, semakin rapuh kehidupannya akibat penyalahgunaan narkoba.
Generasi muda yang rusak fisik dan psikisnya, sebagai akibat dari penyalahgunaan narkoba, sudah tentu tidak bisa diharapkan untuk bisa berpikir jernih dan berkontribusi dalam membangun bangsa.
Kondisi di atas memperlihatkan bahwa penyalahgunaan narkoba menjadi ancaman serius bagi keamanan masyarakat Indonesia. Masalah narkoba seolah tiada matinya. Usai satu kasus, muncul lagi kasus berikutnya.
Bahkan, sejumlah publik figur tidak kapok berurusan dengan narkoba. Aktor sinetron “Ada Apa Dengan Cinta” Revaldo Fifaldi Surya Permana harus kembali berurusan dengan pihak kepolisian terkait penyalahgunaan narkoba untuk ketiga kalinya (10/1/2023).
Dari sini kita bisa melihat, maraknya kasus narkoba sesungguhnya bukan semata sifat narkoba yang menimbulkan efek ketergantungan bagi penggunanya.
Lebih dari itu, penyalahgunaan narkoba terus terjadi karena sistem hidup yang melingkupi masyarakat saat ini. Sistem sekuler yang memancarkan landasan hidup liberal ini berperan besar dalam menjerumuskan generasi ke dalam atmosfer hidup yang serba bebas.
Strukturnya rapuh karena tidak tegak di atas landasan takwa. Selain itu, adanya kemandulan dalam fungsi keluarga dan lingkungan. Keluarga larut dalam problem ekonomi dan jauh dari harmoni. Lingkungan yang merusak menggerus fitrah baik pemuda. Dimensi akhirat tidak hadir dalam aktivitas keseharian mereka. Sementara Islam yang merupakan solusi dari kehidupan dimonsterisasi.