Said bin Amir, Gubernur yang Fakir
Ilustrasi: Masjid Khalid bin Walid di Kota Himsh, Suriah.
“Demi Allah sungguh aku tidak suka membicarakan tentang ini, aku tidak memiliki pembantu, maka akulah yang harus membuat adonan roti untuk keluargaku, kemudian aku menunggu sampai agak kemerah-merahan, barulah aku membuat roti dari adonan itu. Setelah itu aku mengambil air wudhu dan pergi ke kantor.”
“Apa yang kalian sangsikan lagi untuk Said?”
“Sungguh ia tidak pernah mau menerima tamu ketika malam”.
“Demi Allah aku pun tidak suka memberi tahu hal ini. Sungguh kala siang hari, waktuku aku habiskan untuk melayani kalian, oleh karena itu kala malam hari, waktuku aku habiskan hanya untuk Allah Azza wa Jalla semata,” jawab Said.
“Lalu apa lagi yang kalian adukan tentang Said?”
“Sungguh, setiap bulan ada satu hari ia tidak mau bertemu dengan seorang pun.”
“Lalu apa alasanmu mengenai hal ini Said?,” kata Umar.
“Aku tidak memiliki pembantu untuk mencuci bajuku, dan aku tidak memiliki baju lain selain yang aku pakai ini, dan di hari itu aku pergunakan untuk mencuci bajuku, aku pun menunggunya sampai kering, barulah aku bisa pergi untuk bekerja lagi.”
“Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan dugaanku tentangmu,” kata Umar lega setelah menjadi hakim di antara Said dan masyarakatnya.
Semoga Allah SWT meridhai Said bin Amir. [SR/dbs]
