Said bin Amir, Gubernur yang Fakir
Ilustrasi: Masjid Khalid bin Walid di Kota Himsh, Suriah.
Lalu, seperti dikisahkan dalam kitab “Al Arabiyyah Linnasyiin Jilid 5”, Umar bin Khattab mengangkat Said bin Amir sebagai gubernur (Wali) di wilayah Himsh. Hingga kemudian terjadilah peristiwa-peristiwa penuh dengan teladan dan hikmah.
Pada suatu hari utusan penduduk Himsh datang kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab. “Tuliskan untukku nama-nama kaum fakir kalian agar aku dapat memberikan mereka harta kas orang-orang muslim”, perintah Umar kepada utusan-utusan delegasi dari daerah Himsh.
Mereka pun menuliskan nama-nama kaum fakir dan di antara daftar nama itu terdapat nama Said bin Amir. Umar pun bertanya kepada mereka: “Siapa Said bin Amir?”
“Pemimpin kami.”
“Pemimpin kalian fakir?”
“Iya, demi Allah, ia biasa melewati hari-harinya tanpa tungku api di rumahnya.”
Umar pun menangis. Ia lalu meletakkan uang seribu dinar di dalam kantong. “Berikanlah uang ini untuk menghidupinya.”
Setibanya utusan itu di Himsh, mereka menyerahkan kantong itu kepada Said. “Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun.” Kata Said seakan ia tertimpa musibah.
“Kenapa, apakah Amirul Mukminin wafat?” tanya istrinya.
“Lebih dahsyat dari itu, dunia telah masuk kepadaku untuk merusak akhiratku,” jawab Said.
“Lepaskan saja dirimu dari beban itu,” kata istri Said, padahal sang istri belum mengetahui perihal dinar yang diberikan Umar kepada suaminya.
“Apakah kamu mau membantuku untuk terbebas dari beban ini?”
”Benar,” jawab istrinya.
Maka dibagi-bagiikanlah dinar itu kepada orang-orang fakir di antara kaum muslimin.
Di waktu yang lain, ketika Umar bin Khattab berkunjung ke daerah Himsh, ia meneui masyarakat setempat dan bertanya kepada mereka tentang sosok Said bin Amir. Mereka dengan bangganya memuji pemimpinnya itu, kecuali tentang tiga hal yang membuat mereka tidak menyukai Said.
Seketika itupun Umar menyuruh untuk memanggil Said untuk dihadapkan antara ia dengan masyarakatnya. “Apa yang kalian keluhkan tentang pemimpin kalian?” tanya Umar.
“Sungguhnya ia tidak keluar menemui masyarakat sampai hari sudah siang.” Umar pun memandang Said menyuruh untuk segera menjawab.
