Said bin Amir, Gubernur yang Fakir

 Said bin Amir, Gubernur yang Fakir

Ilustrasi: Masjid Khalid bin Walid di Kota Himsh, Suriah.

Ia memimpikannya ketika sedang tidur, dan melihatnya dengan khayalan ketika matanya terbuka. Khubaib senantiasa terbayang di hadapannya sedang melakukan shalat dua rakaat dengan tenang di depan kayu salib. Dan ia mendengar rintihan suaranya di telinganya, ketika Khubaib berdoa untuk kebinasaan orang-orang Quraisy, maka ia takut kalau tersambar petir atau ketiban batu dari langit.

Khubaib telah mengajari Said sesuatu yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Ia mengajarinya bahwa hidup yang sesungguhnya adalah akidah dan jihad di Allah hingga akhir hayat. Ia mengajarinya juga bahwa iman yang kokoh akan membuat keajaiban dan kemukjizatan.

Dan Khubaib mengajarinya sesuatu yang lain, bahwa sesungguhnya seorang laki-laki yang dicintai oleh para sahabatnya dengan kecintaan yang sedemikian rupa, tidak lain adalah nabi yang mendapat mandat dari langit.

Semenjak itu, Allah membukakan dada Said bin Amir untuk Islam. Ia lalu berdiri di hadapan orang banyak dan memproklamirkan kebebasannya dari dosa-dosa Quraisy, berhala-berhala dan patung-patung mereka, dan menyatakan ikrarnya terhadap agama Islam.

Said bin Amir pun berhijrah ke Madinah, dan mengabdikan diri kepada Rasulullah Saw. Ia lalu ikut serta dalam Perang Khaibar dan peperangan-peperangan setelahnya. Dan ketika Rasul mulia dipanggil menghadap Tuhannya, Said mengabdikan diri dengan pedang terhunus di zaman dua khalifah; Abu Bakar dan Umar.

Ia hidup bagaikan contoh satu-satunya bagi orang mukmin yang membeli akhirat dengan dunia, dan mementingkan keridhaan Allah dan pahala-Nya atas segala keinginan hawa nafsu dan syahwat badannya. Kedua khalifah itu telah mengetahui tentang kejujuran dan ketakwaan Said bin Amir. Keduanya mendengar nasihat-nasihatnya dan memerhatikan pendapatnya.

Pada awal kekhilafahan Umar, Said menemuinya dan berkata, “Wahai Umar, aku berwasiat kepadamu, agar kamu takut kepada Allah dalam urusan manusia. Dan janganlah kamu takut kepada manusia dalam urusan Allah. Dan janganlah ucapanmu bertentangan dengan perbuatanmu, karena sesungguhnya ucapan yang paling baik adalah yang sesuai dengan perbuatan.”

Maka Umar berkata, “Siapakah yang mampu menjalankan itu, wahai Said?” Ia menjawab, “Orang laki-laki sepertimu mampu melakukannya, yaitu di antara orang-orang yang Allah serahkan urusan umat Muhammad kepadanya. Dan tidak ada seorang pun perantara antara ia dan Allah.”

Setelah itu Umar mengajak Said untuk membantunya. “Wahai Said, kami menugaskan kau sebagai gubernur Himsh,” kata Umar. Sa’id menjawab, “Wahai Umar, aku ingatkan dirimu terhadap Allah. Janganlah kau menjerumuskanku ke dalam fitnah.”

Maka Umar pun marah dan berkata, “Celaka kalian! Kalian menaruh urusan ini di atas pundakku, lalu kalian berlepas diri dariku. Demi Allah, aku tidak akan melepasmu.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 × three =