Renungan Khotbah Wada’ Rasulullah Saw
Ilustrasi: Jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.
Akhirnya, Rasulullah Saw telah melaksanakan tanggung jawab dakwahnya. Demikianlah, Islam telah tersebar luas, kesesatan-kesesatan jahiliah dan kemusyrikan telah tergusur, dan hukum-hukum syariat llahiah pun telah tersampaikan seluruhnya. Karenanya, turunlah wahyu kepadanya yang menyatakan kepada umat manusia,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (al-Ma’idah [5]: 3)
Nabi Saw ingin menenangkan hatinya dengan kesaksian umatnya di hadapan Allah SWT pada hari kiamat kelak. Lalu di akhir khotbahnya itu, beliau menanyakan seraya bersabda, “Sesungguhnya, kalian akan ditanya tentang aku maka apakah yang hendak kalian katakan kelak?”
Dengan serempak dan suara keras, orang-orang yang ada di sekelilingnya menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, telah menunaikan, dan memberi nasihat.”
Saat itulah Rasul yang agung itu telah merasa tenang! Rasulullah Saw ingin memastikan kesaksian ini karena itulah yang akan digunakan untuk menghadap Allah kelak. Setelah merasa tenang dan terlihat perasaan ridha di kedua mata beliau, akhirnya beliau melihat ke arah langit seraya menunjuk dengan jari telunjuknya, kemudian memandang kepada umatnya seraya berkata, “Ya Allah, saksikanlah…. Ya Allah, saksikanlah…. Ya Allah, saksikanlah….”
Duhai, betapa besar kebahagiaan itu! Kebahagiaan Rasulullah Saw karena telah mengorbankan masa mudanya dan menghabiskan umurnya demi menyebarkan syariat Allah. Kebahagiaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin bertambah besar ketika beliau menyaksikan hasil pengorbanannya tersebut: gemuruh suara meneriakkan tauhidullah, dahi-dahi yang tunduk sujud kepada agama Allah, dan hati-hati manusia yang khusyuk dan bergetar karena cinta Allah. Betapa bahagiannya kekasih Allah pada saat itu! Saat mengenang kembali segala penderitaan dan penganiayaan yang pernah dialaminya di jalan dakwah dan keimanan yang telah diratakannya di muka bumi ini. Semoga kebahagiaan senantiasa menyertaimu, wahai junjungan kami!
Demi Allah, itu bukan hanya kesaksian ribuan kaum Muslimin yang pernah berhimpun di sekelilingmu di Padang Arafah, wahai Rasulullah! Akan tetapi, itu juga merupakan kesaksian kaum Muslimin di setiap generasi dan zaman sampai Allah mewariskan bumi seisinya. Kami bersaksi, wahai Rasulullah, bahwa engkau telah menyampaikan, telah menunaikan, memberi nasihat. Semoga Allah memberikan balasan kepadamu dengan sebaik-baik balasan yang diberikan kepada seorang Nabi dari umatnya.
Tanggung jawab itu telah berpindah sesudahmu ke atas pundak-pundak kami. Akan tetapi, pada hari ini, kami masih belum melaksanakan sepenuhnya. Adakah kami kelak menemuimu, wahai junjungan kami, sedangkan dosa-dosa kami menumpuk karena kemalasan, keengganan, dan ketertarikan kami kepada kehidupan dunia. Sementara itu, para sahabatmu yang mulia rela mengucurkan darah mereka, mengorbankan harta benda mereka demi membela syariatmu, memperjuangkan dakwahmu, dan mengikuti jihadmu.
Semoga Allah berkenan memperbaiki kondisi kaum Muslimin secara keseluruhan dan menyadarkan kita dari mabuk dunia dan buaian hawa nafsu. Semoga Allah berkenan melimpahkan karunia dan kelembutan-Nya kepada kita.
Rasulullah Saw kemudian menyempurnakan ibadah hajinya dan meminum air Zamzam. Setelah mengajarkan manasik kepada umatnya, beliau lalu kembali ke Madinah guna melanjutkan jihadnya di jalan agama Allah. [SR]
Sumber: Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah; Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah pergerakan Islam di Masa Rasulullah Saw. (Terjemah). Jakarta: Rabbani Press, 2010. Hal. 490-496.
