Renungan Khotbah Wada’ Rasulullah Saw
Ilustrasi: Jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.
Apakah tema pertama dari khotbah beliau tersebut?
Subhanallah! Alangkah agung dan indahnya khotbah ini! Seolah-olah taushiah beliau itu diilhami oleh realitas berbagai penyelewengan yang akan dilakukan oleh beberapa kaum dari umatnya sepanjang zaman, akibat mengikuti orang lain dan meninggalkan cahaya yang akan diwariskannya kepada mereka. Sabda beliau,
“Wahai manusia, sesungguhnya darah dan harta benda kalian adalah suci bagi kalian (tidak boleh dinodai oleh siapa pun juga) sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian, seperti hari dan bulan suci sekarang ini.”
Di akhir khotbahnya, Rasulullah Saw mengulangi lagi wasiat ini dan menegaskan pentingnya memperhatikan hal tersebut dengan menyatakan,
“Kalian tahu bahwa setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain dan semua kaum Muslimin adalah bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali yang telah diberikan kepadanya dengan senang hati. Karena itu, janganlah kalian menganiaya diri sendiri…. Ya Allah. sudahkah kusampaikan?”
Kita pun sekarang menjawab, “Demi Allah, engkau telah menyampaikannya, wahai Rasulullah!” Barangkali kita sekarang ini lebih patut untuk memberikan jawaban kepadamu, wahai Rasulullah, “Ya Allah, beliau telah menyampaikannya kendatipun kami belum sepenuhnya melaksanakan tanggung jawab tersebut.”
Tema kedua dari khotbah beliau bukan sekadar taushiah, melainkan qarar (keputusan) yang diumumkan kepada semua orang, kepada mereka yang hadir di sekitarnya dan juga kepada umat-umat yang akan datang sesudahnya.
Qarar itu berbunyi, “Sesungguhnya, segala macam riba tidak boleh berlaku lagi. Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di masa Jahiliah juga tidak boleh berlaku lagi…. Riba jahiliah tidak boleh berlaku lagi.”
Apa makna yang terkandung dalam qarar ini? la menegaskan bahwa segala hal yang pernah dibanggakan dan dipraktikkan oleh Jahiliah, di antaranya tradisi fanatisme kekabilahan, perbedaan-perbedaan yang didasarkan kepada bahasa, keturunan, dan ras, atau penghambaan seseorang terhadap sesamanya dengan berbagai belenggu kezhaliman dan pemerasan (riba), dinyatakan tidak berlaku lagi. Pada hari ini, praktik-praktik jahiliah itu merupakan barang busuk yang telah dikubur oleh syariat Allah ke dalam perut bumi. Praktik-praktik jahiliah itu dalam kehidupan seorang Muslim pada hari ini letaknya berada di bawah telapak kaki. la adalah najis yang harus dibersihkan dan kezhaliman yang harus dilenyapkan.
Siapakah gerangan yang ingin menggali dan mengeluarkan lagi barang busuk itu? Adakah orang berakal sehat yang masih ingin memulung sampah busuk itu lagi? Orang pembangkang macam apakah yang sengaja menggunakan rantai dan borgol yang baru saja dihancurkan oleh Islam itu?
Najis-najis dari tradisi jahiliah itu telah disingkirkan oleh Rasulullah dari titik tolak kemanusiaan serta kemajuan pemikiran dan peradabannya. Tradisi-tradisi jahiliah itu dinyatakan oleh Nabi Saw sebagai barang busuk yang harus ditanam di bawah telapak kaki. Penegasan ini membuktikan kepada dunia dan semua generasi umat manusia bahwa siapa saja yang mengklaim kemajuan pemikiran, sementara dia sendiri sengaja membangkitkan kembali barang busuk yang sudah lama dikuburkan itu, sebenarnya dia adalah orang yang kembali dan mundur ke belakang; memasuki gua-gua sejarah lama yang sangat gelap dan pengap kendatipun dia merasa melakukan modernisasi dan pembangunan peradaban.
Tema ketiga dari khotbah beliau menyatakan keserasian zaman dengan nama-nama bulan yang disebutkan setelah sekian lama dipermainkan oleh orang-orang Arab di masa Jahiliah dan di permulaan Islam. Orang-orang Arab di masa Jahiliah dahulu-seperti dikatakan oleh Mujahid dan lainnya-melakukan ibadah haji mereka selama dua tahun di bulan tertentu. Kadang-kadang mereka melakukan ibadah haji di bulan Dzulhijjah selama dua tahun dan kadang-kadang mereka melakukan ibadah haji di bulan Muharram untuk masa dua tahun dan seterusnya. Ketika Rasulullah Saw melakukan ibadah haji tahun ini, bertepatan dengan bulan Dzulhijjah, dan pada saat itu, Rasulullah Saw mengumumkan bahwa zaman telah berputar seperti keadaannya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Janganlah kalian mempermainkan bulan-bulan itu dengan mendahulukan atau mengakhirkannya. Setelah hari ini tidak dibenarkan melakukan ibadah haji kecuali pada bulan yang telah ditetapkan namanya: Dzulhijjah.
